Kasus Campak Tahun 2022 Naik 32 Kali Lipat, Kemenkes Ungkap Penyebabnya

Reporter

Tika Ayu

Sabtu, 21 Januari 2023 15:00 WIB

Bidan Puskesmas Cisimeut menyuntikkan vaksin campak kepada seorang anak Suku Baduy di Kampung Cisadane, Lebak, Banten, Jumat 26 AGustus 2022 malam. Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di kawasan pedalaman Baduy tersebut dilaksanakan hingga malam hari agar anak dan ibu Suku Baduy mau mengikuti kegiatan pemberian imunisasi untuk meningkatkan kesehatan serta mencegah berbagai penyakit. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Prima Yosephine membeberkan penyebab di balik naiknya kasus Campak hingga 32 kali lipat yang terkonfirmasi tahun 2022 di Indonesia.

Menurut data yang dihimpun Kemenkes RI, kasus Campak tahun 2022 mencapai 3341 terkonfirmasi, dan kasus ini tersebar 223 kabupaten kota di 31 provinsi.

"Di Indonesia 2 sampai 3 tahun sampai saat ini, sejak kita terdampak dari pandemi covid-19, sehingga dari itu berdampak langsung terhadap membuat implikasi yang tidak baik,"ungkapnya saat Konferensi Pers, Jumat, 20 Januari 2023.

Lanjut Prima mengatakan, pandemi juga menghambat cakupan imunisasi di Indonesia, sehingga kata Prima jika menilik cakupan Imunisasi di Indonesia kelihatan memang turun secara signifikan.

"Penyebabnya memang waktu pertama kali pandemi, kan slogan kita adalah di rumah saja kalau tidak perlu. Maka ortu tidak ada anak dibawa di pelayanan imunisasi," ujarnya.

Advertising
Advertising

Lalu kata Prima, di tahun kedua pandemi Covid-19 2021, pelonjakan kasus Covid -19 varian delta kembali terjadi dan itu mengakibatkan orangtua berat dan hati-hati membawa anak keluar.

"Anak-anak yang tidak membawa mendapatkan imunisasi ini, tentu akan mengakibatkan resiko yang makin besar terhadap tertularnya penyakit-penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi termasuk campak," paparnya.

Dan dampak dari pertambahan kasus Campak ini kata Prima, lebih mengkhawatirkan yakni komplikasi penyakitnya. Apalagi kata Prima, bila menyasar anak-anak dengan kondisi gizi yang buruk.

"Anak ini, biasanya akan langsung disampai dengan komplikasi seperti diare berat bahkan sampai penyakit kuning, radang paru-paru, radang otak infeksi selaput," jelasnya.

Diingatkan Prima kalau Campak memiliki daya menularnya yang cepat, dan hanya bisa dikendalikan jika anak mengikuti diimunisasi.

"Sehingga yang kita tekankan di sini adalah imunisasi sesuai dengan jadwalnya, supaya anak itu bisa terhindar dari campak,"

Selanjutnya: upaya Kemenkes RI menekan angka Campak di Indonesia..
<!--more-->

Juru bicara (Jubir) Kemenkes RI, Mohammad Syahril mengatakan jika pihaknya sedang berupaya mengejar capaian vaksinasi Campak.

Dari yang disebutkan Syahril, hingga kini capaian vaksinasi Campak telah mencapai 72,70 persen dari target capaian 95 persen.

"Tapi sekarang alhamdulillah vaksinasi dampak 72,70 persen dari 95 persen, mudah-mudahan kita kejar dan dari 12 provinsi yang terjadi ini dapat kita turunkan bersama-sama," ujarnya saat dihubungi, Sabtu, 21 Januari 2023.

Dan ia mengatakan gerakan gencar vaksinasi Campak di daerah berstatus KLB Campak atau tidak sedang dilakukan, sehingga kasus-kasus Campak yang masih melanda Indonesia dapat berkurang dan tidak ada lagi kasus KLB Campak baru ke provinsi yang lain.

Perlunya vaksinasi

Syahril menyatakan bahwa tindakan yang dapat mencegah kejadian Campak adalah dengan mengikuti vaksinasi Campak. Ia menyebut kalau mengikuti vaksinasi Campak merupakan bagian kebutuhan yang penting agar terhindari dari Campak. Sehingga penyebaran penularannya dapat dihentikan.

"Betul-betul vaksinasi ini, menjadi kebutuhan penting agar tidak menyebar dan kita bisa menyetop KLB yang ada," terangnya.

Juga Syahril menyampaikan, masyarakat untuk selalu waspada dengan menjaga kebersihan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat.

"Virus ini kan menular dari satu kontak langsung ya. Jadi, kalau orang sudah campak dia berpelukan, dia bersalaman dia digendong itu bisa menyebar," jelasnya

Lalu, hati-hati penularan Campak melalui droplet, seperti pilek dan batuk kata Syahril. Jika menemukan gejala klinis dari Campak seperti flu, matanya merah kemudian ada ruam-ruaklm di seluruh tubuh baru, segera lakukan pemeriksaan.

"Segera melakukan pemeriksaan, jangan sampai terlambat karena apa ini akan cepat menyebar. Kemudian vaksinasi jangan lupa ya, tidak lagi kita imunisasi ke belakang tapi mulai lagi vaksinasi tambahan dari yang pertama ya," imbaunya.

Baca: Kemenkes Umumkan KLB Campak di 31 Provinsi, Kenali Gejalanya

Berita terkait

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

21 jam lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

1 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

2 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

3 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Posyandu Garda Terdepan Tangani Kesehatan Ibu dan Anak

3 hari lalu

Posyandu Garda Terdepan Tangani Kesehatan Ibu dan Anak

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

3 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

5 hari lalu

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.

Baca Selengkapnya