Pengamat Nilai Partisipasi Publik dalam Pembentukan KUHP Baru Sangat Rendah

Reporter

magang_merdeka

Minggu, 18 Desember 2022 18:02 WIB

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati dalam acara memperingati 15 tahun meninggalnya Munir Said Thalib di Jakarta, Sabtu, 7 September 2019. Aktivis HAM tersebut tewas dalam penerbangan ke Amsterdam pada 7 September 2004 karena racun arsenik. TEMPO/Genta Shadra Ayubi.

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Hukum Sekolah Tinggi Hukum Jentera dan Pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), Asfinawati mengatakan bahwa derajat partisipasi publik dalam pembentukan KUHP sangat rendah, bahkan cenderung tidak bermakna.

"Jika berbicara tentang hukum, ada undang-undang, ada institusi," ujar Asfinawati dalam diskusi yang bertajuk Ngopi dari Seberang Istana Edisi Khusus Tutup Tahun: Merangkum 2022, Menyambut 2023 melalui kanal Youtube Survei KedaiKOPI pada Ahad, 18 Desember 2022.

Dia mengungkapkan, hukum dalam dunia politik memiliki berbagai macam makna, seperti cerminan politik atau akselerasi. Dalam penjelasannya, jika menurut pandangan perekonomian, terdapat Omnibus Law, dalam kekuasaan terdapat KUHP, dalam korupsi terdapat revisi UU KPK. Hal ini juga dapat diartikan bahwa, KUHP yang baru dianggap sebagai akselerator kekuasaan.

Asfina mengutarakan, jika partisipasi publik merugikan pemerintah, maka Perppu Organisasi Masyarakat (ormas) akan diluncurkan sehingga ormas dapat dibubarkan tanpa pengadilan. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara.

Selain itu dia juga mengatakan bahwa jika partisipasi tersebut dapat menguntungkan pemerintah, maka kata-kata yang akan keluar adalah 'kita tidak bisa membahagiakan semua orang'.

Advertising
Advertising

"Jadi aneh ya. Kalau ada kelompok yang bertentangan," kata Asfina mengungkapkan.

Asfina mengatakan pemerintah dalam komunikasi politik menyebut Pancasila dasar negara, dan tidak semua orang di Indonesia bahagia dengan Pancasila. Kendati demikian, hak tersebut tetap diberlakukan.

"Bukan saya tidak mendukung pancasila ya, tapi untuk menunjukkan itu paradoks," kata Asfina.

Selain itu, Asfina mengungkapkan, Mahkamah Konstitusi (MK) sudah pernah memberikan peringatan atas kecenderungan yang terdapat di dalam Omnibus Law Cipta Kerja di mana partisipasi publiknya dianggap tidak bermakna.

Dia menyatakan pemerintah harus memberikan penjelasan jika usulan publik tidak digunakan.

"Kalau ada yang tidak pertimbangkan dan tidak diambil, alasannya harus dijelaskan kepada publik," kata Asfina.

NESA AQILA


Baca: Kemenkumham Sebut Tidak Ada Tumpang Tindih KUHP dengan UU Lain

Berita terkait

Arti Bebas Bersyarat yang Diberikan kepada Gaga Muhammad, Bagaimana Regulasinya?

7 jam lalu

Arti Bebas Bersyarat yang Diberikan kepada Gaga Muhammad, Bagaimana Regulasinya?

Gaga Muhammad sudah bebas bersyarat dari kasus kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan Laura Anna. Bagaimana aturan hukumnya?

Baca Selengkapnya

Dapat Ancaman atau Teror? Ini yang Harus Dilakukan dan Sanksi Hukum Bagi Pelakunya

5 hari lalu

Dapat Ancaman atau Teror? Ini yang Harus Dilakukan dan Sanksi Hukum Bagi Pelakunya

Pernah terima ancaman atau teror? Tindakan ini yang harus dilakukan. Ketahui sanksi hukum bagi pelaku ancaman tersebut.

Baca Selengkapnya

May Day, Buruh di Yogyakarta Tuntut Kenaikan UMP Minimal 15 Persen

6 hari lalu

May Day, Buruh di Yogyakarta Tuntut Kenaikan UMP Minimal 15 Persen

Kelompok Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) Yogyakarta menggelar aksi memperingati hari buruh atau May Day dengan menyampaikan 16 tuntutan

Baca Selengkapnya

Tanggapi Ucapan Hari Buruh dari Prabowo, Partai Buruh Bilang Begini

6 hari lalu

Tanggapi Ucapan Hari Buruh dari Prabowo, Partai Buruh Bilang Begini

Partai Buruh menanggapi ucapan Hari Buruh 2024 yang disampaikan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada Rabu, 1 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bendera One Piece Berkibar di Tengah Aksi May Day

6 hari lalu

Bendera One Piece Berkibar di Tengah Aksi May Day

Bendera bajak laut topi jerami yang populer lewat serial 'One Piece' berkibar di tengah aksi memperingati Hari Buruh Internasional alias May Day.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Ungkap Dua Tuntutan Buruh Saat May Day

6 hari lalu

Said Iqbal Ungkap Dua Tuntutan Buruh Saat May Day

Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, mengungkapkan dua tuntutan para pekerja di Indonesia pada Hari Buruh Internasional alias May Day.

Baca Selengkapnya

15 Ribu Buruh Asal Bekasi akan Geruduk Istana, Tolak Outsourcing dan Omnibus Law

6 hari lalu

15 Ribu Buruh Asal Bekasi akan Geruduk Istana, Tolak Outsourcing dan Omnibus Law

Sekitar 15 ribu buruh asal wilayah Bekasi akan melakukan aksi May Day atau peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024 di Jakarta.

Baca Selengkapnya

3,2 Juta Pemain Judi Online di Indonesia, Kenali Modus, Kategori, dan Sanksi Hukumnya

12 hari lalu

3,2 Juta Pemain Judi Online di Indonesia, Kenali Modus, Kategori, dan Sanksi Hukumnya

Data PPATK menunjukkan sekitar 3,2 juta warga Indonesia yang bermain judi online. Berikut modus, kategori, dan jerat pasal hukum di KUHP dan UU ITE.

Baca Selengkapnya

Ini Isi Konten TikToker Galih Loss yang Diduga Lakukan Penistaan Agama

13 hari lalu

Ini Isi Konten TikToker Galih Loss yang Diduga Lakukan Penistaan Agama

TikToker Galih Loss ditetapkan sebagai tersangka oleh Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya

Perkembangan Kasus Kematian Dante, Rekonstruksi dan Investigasi Polda Metro Jaya Membuka Rahasia

18 hari lalu

Perkembangan Kasus Kematian Dante, Rekonstruksi dan Investigasi Polda Metro Jaya Membuka Rahasia

Kasus kematian Dante terus menunjukkan perkembangan positif, melalui rekonstruksi kronologi detail tentang peristiwa kematiannya diketahui dengan jelas.

Baca Selengkapnya