Diskusi Empat Pilar MPR Bahas Tantangan Pancasila
Senin, 20 September 2021 17:37 WIB
INFO NASIONAL – Wakil Ketua MPR Dr. Jazilul Fawaid SQ, MM menyebutkan tema tentang Pancasila selalu hangat sebab Pancasila adalah etika dan landasan segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Pancasila merupakan azimat yang ditemukan oleh para pendiri bangsa,” tutur politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu. Sila-sila yang ada dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Semua konsep Pancasila bisa masuk dalam sendi-sendi kehidupan. Keberadaan Pancasila ditegaskan tidak perlu dipertentangkan dengan agama.
Demikian pernyataan Jazilul Fawaid tentang tema “Memperkokoh Pancasila di Tengah Kehidupan Bermasyarakat” dalam diskusi Empat Pilar MPR yang digelar di Media Center, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Senin, 20 September 2021.
Selain Jazilul Fawaid, hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini anggota MPR dari Kelompok DPD, Dr. Agustin Teras Narang SH; dan Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo.
Jazilul Fawaid menyebutkan cita-cita Pancasila sangat ideal, namun dirinya mengakui masih ada berbagai tantangan yang dihadapi. “Sering tidak nyambung antara cita-cita Pancasila dan realita yang ada,” katanya.
Menurut alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu, agar Pancasila bisa hidup di tengah masyarakat atau diamalkan, maka harus memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Kiat untuk memahamkan dasar negara itu dikatakan ditempuh lewat pendidikan dan ketauladanan. Untuk mensosialisasikan Pancasila, Jazilul Fawaid mengatakan tidak cukup bila hanya dilakukan oleh MPR dan BPIP. “MPR dan BPIP mempunyai tugas untuk menguatkan Pancasila hidup di tengah masyarakat,”ujarnya.
Selain itu, lanjut Jazilul, agar Pancasila bisa menjadi gaya hidup dalam keseharian maka harus ada sosok yang bisa menunjukan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. “Nah anak-anak milenial jaman sekarang butuh sosok seperti itu,” ujar dia.
Selain itu, ia mengatakan prinsip perekonominan nasional yang sesuai Pancasila adalah usaha yang disusun berdasarkan azas kekeluargaan. “Nah apakah prinsip perekonomian yang berjalan sudah seperti yang demikian, sudah seperti nilai-nilai Pancasila?” ujarnya.
Ia menegaskan, jika prinsip-prinsip perekonomian sudah disusun secara kekeluargaan maka hal demikian sudah selaras dengan nilai-nilai Pancasila. “Bila tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, di sinilah salah satu dari contoh tidak nyambungnya antara cita-cita dan realita,” katanya.
Dicontohkan lagi, banyak permusyarawatan yang prakteknya berbeda saat di lapangan. Untuk itu ia menegaskan perlu adanya role model yang bisa dijadikan acuan untuk menjadi contoh ketauladanan. “Ketauladanan yang kita inginkan sampai saat ini belum berhasil kita temukan”, ungkapnya. Untuk itulah Gus Jazil ingin agar Pancasila menjadi ruh dalam segala sendi kehidupan bagi semua sehingga Pancasila bisa membumi. “Bila implementasi Pancasila belum terjadi maka masyarakat, anak-anak muda, akan semakin menjauh,” katanya.
Kelompok DPD, Agustin Teras Narang, mengatakan semua warga negara harus memahami pentingnya Pancasila. “Ini pekerjaan yang tak boleh berhenti,” ujarnya.
Untuk memberi sosialisasi atau memahamkan nilai-nilai ini menurut mantan Gubernur Kalimantan Tengah itu harus menyesuaikan dengan era yang ada. Unsur kebersamaan dikatakan harus selalu didengungkan.
Sedangkan Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo. Mengatakan cara melihat seseorang mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan melihat kehidupannya, apakah mempunyai rasa ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, dan persatuan. Jika nilai-nilai itu ada maka seseorang itu mampu membuat tatanan hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Nilai-nilai yang demikian menurutnya ada pada sosok Wakil Presiden Mohammad Hatta. Hatta disebut merupakan sosok yang bisa dijadikan tauladan. “Elit politik memang harus memberikan contoh ketauladanan,” ucap Benny. (*)