Menkes Sebut Vaksin Berbayar Dibuat karena Vaksinasi Lewat Perusahaan Lambat

Rabu, 14 Juli 2021 05:32 WIB

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) berbincang dengan Kepala Puskesmas Jati Ahmad Muhammad (kanan) saat meninjau penanganan COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah, Sabtu, 5 Juni 2021. Menkes memberikan bantuan berupa 30 ventilator, 50 ribu swab antigen dan 50 ribu vaksin serta mengirim sebanyak 38 tenaga kesehatan terdiri perawat dan dokter dari IDI. ANTARA/Yusuf Nugroho

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui kebijakan vaksin gotong royong untuk individu alias vaksin berbayar dibuat lantaran program serupa lewat perusahaan tak sesuai harapan.

"Ternyata kenyataannya jalannya (vaksin Gotong Royong perusahaan) tidak sebagus yang kami pikirkan," kata Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 13 Juli 2021.

Budi menuturkan, ide vaksin gotong royong awalnya dibuat lantaran adanya persepsi bahwa pemerintah bakal kurang gesit menggelar vaksinasi ketimbang swasta. Budi mengatakan, sektor swasta diharapkan bisa mendorong vaksinasi nasional oleh pemerintah.

Anggapan ini juga berangkat dari data bahwa Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia paling besar dari sektor swasta, yakni mencapai 70 persen. Sedangkan pemerintah hanya menyumbang 17 persen dan BUMN 18 persen.

Artinya, kata Budi, perputaran uang lebih banyak terjadi di sektor swasta. "Itu menunjukkan power of eksekusinya di swasta, jadi swasta harus bantu. Kalau swasta bantu akan lebih cepat karena kekuatan ekonominya di sana," kata Budi.

Advertising
Advertising

Budi pun menilai ide itu benar sehingga keluarlah kebijakan program vaksin gotong royong lewat perusahaan. Aturan tersebut membolehkan perusahaan menyelenggarakan vaksinasi untuk karyawan mereka. Namun, perusahaanlah yang harus membayar program itu sepenuhnya.

Lantaran program tersebut tak sesuai harapan, Budi Gunadi melanjutkan, muncul usulan agar vaksinasi gotong royong diperluas untuk individu. Ia mengatakan usulan itu dibahas dalam rapat yang diinisiasi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 26 Juni lalu.

"Keluar ide dari teman-teman di sana, gimana caranya supaya ini benar-benar bisa sesuai rencana. Salah satu idenya adalah itu, ya udah sekarang gotong royongnya individu saja, karena perusahaan ribet, susah sana-sini. Itu yang terjadi," ujarnya.

Menurut Budi Gunadi, Kementerian Kesehatan memegang prinsip bagaimana program vaksin gotong royong individu alias vaksin berbayar ini dapat menjadi daya ungkit bagi vaksinasi nasional. Selain pemerintah, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian RI, pihak swasta dianggap bisa turut menjadi pilar ketiga vaksinasi.

Baca juga: Moeldoko Minta Publik Dukung Vaksin Berbayar, Kurangi Beban Negara

Berita terkait

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

2 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

11 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pesan Menkes buat Pemudik, Hindari 3 Masalah Kesehatan Ini

26 hari lalu

Pesan Menkes buat Pemudik, Hindari 3 Masalah Kesehatan Ini

Menkes mengatakan tiga masalah kesehatan berikut bisa muncul ketika pemudik terlalu memaksakan diri sehingga membahayakan keselamatan.

Baca Selengkapnya

Daftar Anggota MWA ITB Terpilih 2024-2029, Ada Nama Ignasius Jonan dan Salman Subakat

33 hari lalu

Daftar Anggota MWA ITB Terpilih 2024-2029, Ada Nama Ignasius Jonan dan Salman Subakat

Ignasius Jonan dan Salman Subakat ada di antara empat nama anggota MWA ITB unsur wakil masyarakat. Menunggu pengesahan mendikbudristek.

Baca Selengkapnya

Ramai PIK 2 dan BSD jadi PSN, Ternyata Awalnya Diusulkan oleh Sandiaga dan Budi Gunadi

33 hari lalu

Ramai PIK 2 dan BSD jadi PSN, Ternyata Awalnya Diusulkan oleh Sandiaga dan Budi Gunadi

Pemerintah membeberkan awal mula Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) dan Bumi Serpong Damai (BSD) masuk ke daftar PSN.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

33 hari lalu

Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

Kasus DBD di Indonesia meningkat hingga Maret 2024, kasus mencapai 43.271 dan kematian 343 jiwa. Perhatikan tips antisipasi dari demam berdarah.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

35 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penderita Flu Singapura Capai 5.461 Orang, Menkes Imbau Masyarakat Jaga Daya Tahan Tubuh

36 hari lalu

Jumlah Penderita Flu Singapura Capai 5.461 Orang, Menkes Imbau Masyarakat Jaga Daya Tahan Tubuh

Menkes mengingatkan masyarakat agar menjaga daya tahan tubuh.

Baca Selengkapnya

Mantan Menkes Ingatkan Menu Makan Siang Gratis Jangan Hanya Nasi Ditambah Mie Goreng

29 Februari 2024

Mantan Menkes Ingatkan Menu Makan Siang Gratis Jangan Hanya Nasi Ditambah Mie Goreng

Program makan siang gratis merupakan program yang diusung pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya

Menkes Soroti Kecukupan Gizi Makan Siang Gratis Rp 15 Ribu, Ini Kata Airlangga

29 Februari 2024

Menkes Soroti Kecukupan Gizi Makan Siang Gratis Rp 15 Ribu, Ini Kata Airlangga

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi Menkes Budi Gunadi Sadikin yang menyoroti kecukupan gizi program makan siang gratis yang diperkirakan sebesar Rp 15 ribu per anak.

Baca Selengkapnya