Soal Jokowi - Prabowo di Pilpres 2024, Perludem: Ibarat Sakit, Ini Salah Obat

Minggu, 27 Juni 2021 15:37 WIB

Syukuran Sekretariat Nasional Komunitas Jokowi-Prabowo 2024, di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Sabtu, 19 Juni 2021. Tempo/Egi Adyatama

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati, mengatakan usulan memasangkan Joko Widodo atau Jokowi dengan Prabowo Subianto tidaklah tepat. Selain bertentangan konstitusi, Khoirunnisa mengatakan memasangkan keduanya tak bisa menjadi solusi mengatasi polarisasi.

"Polarisasi memang terjadi di pemilu kita, tapi mencegahnya bukan dengan menambah masa jabatan. Ibarat sakit, ini salah obat," kata Khoirunnisa dalam diskusi "Ambang Batas Calon dan Pembatasan Masa Jabatan Presiden", Ahad, 27 Juni 2021.

Khoirunnisa menjelaskan penyebab terjadinya polarisasi dalam pemilu, setidaknya di dua pemilihan presiden terakhir. Faktor pertama adalah faktor masa kampanye yang terlalu panjang, misalnya 7-8 bulan di Pilpres 2019.

Khoirunnisa mengatakan masa kampanye yang panjang itu cenderung diisi dengan narasi yang negatif, saling menyerang, dan menjatuhkan. Ia juga menyoroti tak adanya etika kampanye di media sosial. Menurut dia, regulasi menyangkut kampanye di media sosial hanya pembatasan jumlah akun, tetapi tak mewajibkan transparansi.

"Misalnya, bagaimana akun-akun di media sosial itu mendapatkan dana untuk kampanye, berapa uang yang dikeluarkan paslon untuk membiayai medsos, bukan hanya yang terdaftar tapi juga yang bayangan," kata Khoirunnisa.

Advertising
Advertising

Akibat tak adanya transparansi ini, kata Khoirunnisa, orang-orang bebas menyebarkan informasi seputar pemilu yang belum tentu terverifikasi dan valid. Begitu tersebar, informasi itu menjadi sulit dikendalikan.

Di sisi lain, otoritas maupun peserta pemilu dinilai kurang tanggap merespons informasi yang kadung beredar tersebut. "Masyarakat sudah mendapat beritanya dan dengan budaya cek fakta yang masih rendah, yang terjadi adalah polarisasi itu," ujar Khoirunnisa.

Khoirunnisa pun menilai bukan siapa bertarung melawan siapa yang mengakibatkan polarisasi, tetapi ekosistem kampanye yang sengaja dirawat agar terjadi perpecahan di masyarakat. Menurut dia, ekosistem itulah yang harus dibenahi untuk mengatasi polarisasi.

Usul memasangkan Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2024 digaungkan oleh kelompok relawan Jokpro 2024. Pendiri Jokpro 2024, Muhammad Qodari, dalam sejumlah kesempatan mengatakan rencana ini demi mengatasi polarisasi di masyarakat setelah Pilpres 2014 dan Pilpres 2019. "Ketika ada yang menyampaikan untuk mencegah polarisasi, terus ada komunitas Jokpro, saya rasa itu tidak tepat untuk mencegah polarisasi di pemilu kita," kata Khoirunnisa.

Baca juga: Gerindra Nilai Relawan Jokowi Prabowo 2024 Timbulkan Kegaduhan

Berita terkait

Staf Sri Mulyani Beberkan Rencana Perbaikan Bea Cukai, Apa Saja?

4 jam lalu

Staf Sri Mulyani Beberkan Rencana Perbaikan Bea Cukai, Apa Saja?

Yustinus Prastowo mengatakan Kementerian sudah menyiapkan beberapa rencana untuk menangani masalah di Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Ketua Baleg Sebut DPR Tidak Akan Batasi Jumlah Kementerian, Asalkan...

5 jam lalu

Ketua Baleg Sebut DPR Tidak Akan Batasi Jumlah Kementerian, Asalkan...

DPR RI membahas revisi UU Kementerian Negara di tengah kabar presiden terpilih Prabowo Subianto ingin menambah jumlah menteri di kabinetnya mendatang.

Baca Selengkapnya

82 Tahun Jusuf Kalla, Melihat Kembali Jejak Politik JK Wakil Presiden di 2 Pemerintahan

5 jam lalu

82 Tahun Jusuf Kalla, Melihat Kembali Jejak Politik JK Wakil Presiden di 2 Pemerintahan

Rabu, 15 Mei 2024, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla genap berusia 82 tahun. Ini perjalanan politik JK.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

5 jam lalu

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

Jokowi memberi sinyal bahwa bansos beras akan dilanjutkan hingga akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Lapor Kondisi Ekonomi Global hingga Soal Bea Cukai ke Jokowi di Istana

6 jam lalu

Sri Mulyani Lapor Kondisi Ekonomi Global hingga Soal Bea Cukai ke Jokowi di Istana

Sri Mulyani menyampaikan informasi ihwal perkembangan perekonomian global terkini kepada Jokowi di Istana.

Baca Selengkapnya

Safari Politik ke Gerindra, PKS Sodorkan Dua Nama untuk Pilkada Kabupaten Bogor

8 jam lalu

Safari Politik ke Gerindra, PKS Sodorkan Dua Nama untuk Pilkada Kabupaten Bogor

Partai Gerindra Kabupaten Bogor membuka pintu koalisi dengan partai politik lain di Pilkada 2024, termasuk dengan PKS.

Baca Selengkapnya

4 Permintaan Muhammadiyah ke Jokowi soal Pembentukan Pansel KPK

8 jam lalu

4 Permintaan Muhammadiyah ke Jokowi soal Pembentukan Pansel KPK

PP Muhammadiyah mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi mengenai pembentukan Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Jokowi Akan 'Cawe-cawe' Beresi Bea Cukai, Ini Deretan Masalah yang Disorot Masyarakat

9 jam lalu

Jokowi Akan 'Cawe-cawe' Beresi Bea Cukai, Ini Deretan Masalah yang Disorot Masyarakat

Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan kepada Presiden Jokowi terkait sorotan publik terhadap Direktorat Jenderal Bea dan Cukai belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Mardani Ali Sera Usul Pilpres Didahulukan Sebelum Pileg

9 jam lalu

Mardani Ali Sera Usul Pilpres Didahulukan Sebelum Pileg

Politikus PKS Mardani Ali Sera mengusulkan agar pelaksanaan Pilpres didahulukan, setelah itu baru digelar pemilihan legislatif.

Baca Selengkapnya

Revisi UU Kementerian Negara, Ketua Baleg Sebut Tak Mungkin Presiden Minta Pendapat DPR Membentuk Kabinet

9 jam lalu

Revisi UU Kementerian Negara, Ketua Baleg Sebut Tak Mungkin Presiden Minta Pendapat DPR Membentuk Kabinet

Ketua Baleg Supratman Andi Agtas mengatakan tak mungkin presiden membentuk kabinet atas persetujuan DPR saat membahas revisi UU Kementerian Negara.

Baca Selengkapnya