Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, bersama ketua umum Anas Urbaningrum (kiri). TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta-Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra membantah tudingan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengkudeta Anas Urbaningrum dari posisi ketua umum partai.
Menurut Herzaky justru Anas dilindungi hingga dia berstatus tersangka korupsi Wisma Atlet pada 2013. "Kalau dibilang Bapak SBY kudeta Anas, sejarah Partai Demokrat justru melindungi Anas," kata Herzaky dalam keterangannya, Senin, 1 Maret 2021.
Herzaky menuturkan, ketika itu DPD dan DPC Partai Demokrat menuntut agar digelar kongres luar biasa untuk mengganti Anas dari kursi ketua umum. Nama Anas terseret perkara korupsi Wisma Atlet yang lebih dulu menjerat Muhammad Nazaruddin, bendahara umum Demokrat saat itu.
Namun, kata Herzaky, Majelis Tinggi Partai Demokrat melindungi hak Anas karena ia baru diterpa isu dan belum berstatus sebagai tersangka. Perlindungan terhadap Anas tetap dilakukan kendati elektabilitas partai merosot karena isu tersebut. "Majelis Tinggi Partai melakukan penyelamatan hak Anas sebagai ketum sampai akhirnya Anas sulit diselamatkan karena posisi tersangka," ucap dia.
Tudingan bahwa SBY mengkudeta Anas Urbaningrum dilontarkan Jhoni Allen Marbun, kader senior partai yang dipecat karena mendorong kongres luar biasa untuk mengganti Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Menurut Jhoni, sebelum Anas berstatus tersangka, SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Presiden Republik Indonesia mengambil kekuasaan dengan cara membentuk presidium.
Jhoni berujar SBY kemudian menjadi ketua presidium, sedangkan wakil ketuanya Anas yang tak lagi memiliki fungsi dalam menjalankan roda Partai Demokrat sebagai ketua umum. "Inilah kudeta yang pernah terjadi di Partai Demokrat," kata Jhoni lewat video, Senin, 1 Maret 2021.
Menurut Jhoni Allen Marbun, setelah Anas menjadi tersangka, Demokrat menggelar kongres luar biasa di Bali pada 2013. Ketika itu, kata dia, SBY mengatakan hanya akan melanjutkan sisa kepemimpinan Anas hingga tahun 2015.
Jhoni Allen pun mengaku diperintahkan SBY agar membujuk Marzuki Alie, kader yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, untuk tak maju sebagai calon ketua umum. Padahal, kata Jhoni, dalam kongres sebelumnya Marzuki meraih suara terbanyak kedua setelah Anas Urbaningrum.