Nadiem Makarim Apresiasi PBNU Dukung dan Ikut POP
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Aditya Budiman
Rabu, 12 Agustus 2020 16:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, berkunjung ke Gedung PBNU, Jakarta, Rabu, 12 Agustus 2020. Tiba sekitar pukul 13.00 WIB, Nadiem diterima Rais Aam PBNU, KH. Miftahul Akhyar.
Nadiem Makarim menyatakan kunjungan ke PBNU merupakan bagian dari silaturahmi dan meminta doa restu dalam menghadapi tugas-tugas di Kemendikbud yang berat. "Saya sangat berterima kasih atas dukungan dari PBNU dan doa restu Rais Aam. Semoga Program Organisasi Penggerak (POP) dapat berjalan dengan baik dan terus berkembang lebih baik lagi," kata Nadiem lewat keterangan tertulis, Rabu, 12 Agustus 2020.
PBNU telah memutuskan ikut serta dalam pelaksanaan POP pada Januari 2021. Rais Aam Miftahul Akhyar mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama harus terus bekerja sama erat dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Ini wajib karena menyangkut masa depan anak-anak kita dan masa depan Bangsa. Maka NU wajib terus melibatkan diri dan menyertai program-program Kemendikbud, lebih-lebih lagi dalam upaya-upaya perbaikan dan pembaharuan, termasuk POP," ujar Miftahul.
Dalam pertemuan itu, Rais Aam didampingi oleh Katib Aam, Sekjen dan Ketua LP Ma’arif NU PBNU. Nadiem menyempatkan diri menjelaskan garis besar reformasi pendidikan yang sedang diolah Kemendikbud, seperti gagasan tentang pendidikan merdeka dan sejumlah jabarannya.
Dialog mendatangkan banyak keselarasan pandangan antara PBNU dan Kemendikbud, bahkan muncul pula gagasan tentang kegiatan-kegiatan konkret yang dapat dilaksanakan bersama oleh kedua pihak. Miftahul menegaskan PBNU akan bersifat obyektif dan terbuka terhadap segala kebijakan pemerintah. “Apa pun yang baik harus kita terima dan kita adopsi," ujar kiai sepuh itu.
Sebelumnya, Program Organisasi Penggerak sempat membuat hubungan Nadiem Makarim dengan NU dan Muhammadiyah memanas. Muhammadiyah dan NU sempat mundur sebagai mitra dan diikuti Persatuan Guru Republik Indonesia.
Pengurus organisasi tersebut menilai seleksi terhadap organisasi yang menerima dana
hibah dari Kementerian Pendidikan itu tak transparan. Nadiem sampai meminta bantuan Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk menjadi jembatan komunikasi dengan lembaga-lembaga tersebut.
Nadiem juga merilis video dan siaran pers permintaan maaf yang
ditujukan kepada PGRI, Muhammadiyah, dan NU. Nadiem mengatakan organisasi-organisasi tersebut memiliki peran besar dalam dunia pendidikan, bahkan jauh sebelum republik ini berdiri. “Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas
segala ketidaknyamanan yang timbul," ujarnya.
Setelah sejumlah komunikasi yang dilakukan Nadiem, NU kembali mendukung POP. Sedangkan Muhammadiyah tetap pada keputusan mundur. "Kami sudah punya keputusan bulat," kata Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah Kasiyarno kepada wartawan di Jakarta, Rabu 29 Juli 2020.
DEWI NURITA