6 Poin Krusial RUU Pemilu: Proporsional Tertutup-Ambang Batas

Senin, 8 Juni 2020 05:32 WIB

Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) membatu warga memasukkan surat suara kedalam kotak suara saat pemungutan suara ulang di TPS 8, Winong, Karangjati, Wonosegoro, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, 27 April 2019. Pemungutan suara ulang tersebut dilaksanakan dikarenakan terjadi pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu KPPS dengan mencobloskan hak pilih milik warga tanpa surat C3 atau surat pendampingan yang jelas. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi II DPR Saan Mustopa memastikan draf Rancangan Undang-undang atau RUU Pemilu yang beredar di publik masih belum final. “Kita masih memberi kesempatan pada fraksi untuk memberikan sikap resmi,” kata Saan dalam telekonferensi, Ahad, 7 Juni 2020.

Meski begitu, Saan mengatakan ada sejumlah isu krusial dalam draf RUU Pemilu yang sedang dibahas. Antara lain:

1. Keserentakan Pemilu

Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 55 Tahun 2019, ada 6 model pemilu serentak. Saan mengatakan, seluruh fraksi di DPR hampir menyepakati model yang pertama, yaitu pemilu serentak anggota DPR, DPD, Presiden-Wakil Presiden, dan anggota DPRD dilaksanakan bersamaan dalam 1 hari. Model ini juga diterapkan dalam Pemilu 2019.

2. Sistem Pemilu

Politikus NasDem itu mengatakan, ada isu musiman yang selalu hadir 5 tahun sekali, yaitu terkait sistem pemilu. Dalam draf RUU Pemilu yang beredar di publik, sistem pemilu anggota DPR dilaksanakan dengan proporsional tertutup. “Ini bukan yang disepakati, karena kita masih meminta pendapat fraksi,” katanya.

Menurut Saan, ada dua alternatif sistem pemilu yang dibahas, yaitu tetap terbuka atau tertutup. Pendukung sistem proporsional terbuka adalah NasDem, PKB, PKS, Demokrat, dan PAN. Sedangkan PDIP dan Golkar ingin yang tertutup. Adapun Gerindra belum memberikan sikap.

3. Parliamentary Threshold

Saan mengatakan ada perdebatan dan sejumlah alternatif mengenai besaran ambang batas parlemen dalam RUU Pemilu. Alternatif pertama adalah 7 persen dan berlaku nasional. Alternatif ini didukung NasDem dan Golkar

Alternatif kedua ditetapkan berjenjang, yaitu 5 persen untuk DPR, 4 persen untuk DPRD Provinsi, dan 3 persen untuk DPRD Kabupaten/Kota. Alternatif kedua ini disetujui PDI Perjuangan.

Alternatif ketiga adalah 4 persen untuk DPR dan nol persen untuk DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota. Alternatif ini didukung PPP, PAN, dan PKS.

4. District Magnitude

Komisi II berencana memperkecil besaran kursi untuk tiap daerah pemilihan. Hal ini bertujuan menyederhanakan jumlah partai politik di Parlemen. Ada dua alternatif district magnitude, yaitu 3-10 kursi per dapil dan 3-8 kursi per dapil.

Golkar, kata Saan, ingin ketentuan 3-8 kursi per dapil berlaku untuk DPR, dan 3-10 kursi per dapil untuk DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Ia meyakini PDIP juga tidak keberatan. Adapun NasDem mendukung 3-10 kursi per dapil.

5. Konversi Suara

Saan mengatakan hampir semua fraksi sepakat menggunakan metode Sainte Lague. Yang membedakan adalah angka pembagi pertama. Ada yang ingin tetap 1, tetapi ada juga yang ingin dimulai dari 1,5.

6. Presidential Threshold

Menurut Saan, ada sebagian fraksi yang ingin ambang batas pencalonan presiden 20 persen parlemen dan 25 persen suara sah nasional. Ada juga yang ingin berubah minimal 10 persen parlemen dan 15 persen suara sah.

Berita terkait

PPP Sebut Achmad Baidowi Cocok Dampingi Khofifah di Pilgub Jawa Timur, Ini Profilnya

6 jam lalu

PPP Sebut Achmad Baidowi Cocok Dampingi Khofifah di Pilgub Jawa Timur, Ini Profilnya

PPP sodorkan Achmad Baidow mendampingi Khofifah Indar Parawansa yang maju untuk periode kedua Pilgub Jawa Timur. Begini sosoknya?

Baca Selengkapnya

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

3 hari lalu

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

Ahli politik dan pemerintahan dari UGM, Abdul Gaffar Karim mengungkapkan sidang sengketa pilpres di MK membantu meredam suhu pemilu.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

5 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

6 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

8 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

11 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

11 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

11 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

12 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

16 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya