Ini Rekomendasi LIPI untuk Hidup Berdamai dengan Covid-19
Reporter
Antara
Editor
Syailendra Persada
Selasa, 19 Mei 2020 08:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merekomendasikan strategi hidup berdamai dengan Covid-19.
"Kami sudah merekomendasikan bahwa bagaimana kita harus hidup bersama virus penyebab Covid-19 karena vaksin itu kemungkinan besar akan lama ditemukan," kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko dalam webinar, Jakarta, Senin, 18 Mei 2020.
Pertama, LIPI merekomendasikan untuk mengaktifkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat. Namun, harus tetap melakukan kontrol dan mitigasi yang terukur dengan fokus skrining massal di simpul mobilitas publik. Seperti terminal dan bandara.
Skrining masal ini, menurut LIPI, harus berbasis tes diagnostik cepat dan uji polymerase chain reaction (PCR).
Kedua, LIPI meminta pemerintah harus bisa menangani orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP) dengan data akurat, masif, dan terukur.
Orang positif dan keluarganya dikenakan masa isolasi dan karantina. Khusus masyarakat berpenghasilan rendah yang positif Covid-19 dan keluarganya ditetapkan menjadi penerima bantuan sosial.
LIPI pun merekomendasikan penyemprotan disinfektan di lokasi dengan kasus positif.
Selain itu, lembaga ini juga merekomendasikan pengetatan protokol Covid-19 untuk memastikan pelaksanaan, bila perlu dengan mekanisme semi represif dalam bentuk denda.
Pengetatan protokol Covid-19 itu dilakukan antara lain dengan wajib memakai masker di semua lokasi dan kondisi, wajib menjaga jarak di semua aktivitas, menjaga kebersihan, sterilisasi aneka benda yang dipertukarkan, serta harus ada panduan dan protokol ringkas untuk semua jenis aktivitas.
<!--more-->
Kemudian, LIPI meminta pemerintah mengerahkan seluruh infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas uji berbasis tes diagnostik cepat dan PCR untuk deteksi Covid-19.
Dalam hal ini, pengadaan nasional untuk tes diagnostik cepat dari sumber teruji, dengan pengujian di Indonesia, bila perlu dirakit di Indonesia jika impor bahan. Begitu juga, pentingnya pengadaan nasional untuk tes kit uji PCR.
Untuk peningkatan kapasitas pengujian, maka perlu rekrutmen dan pelatihan SDM untuk operator swab dan ekstraksi sampel di berbagai fasilitas BSL-2, serta rekrutmen SDM untuk analisa hasil uji.
Alat PCR yang ada di seluruh instansi dan kampus dikelola secara terpadu dan tidak perlu dipindah, sehingga distribusi sampel dapat diatur dengan baik dan hasil cepat keluar.
LIPI juga merekomendasikan pembentukan tim pakar untuk setiap sektor agar bisa dievaluasi dan memberikan masukan teknis secara berkala. Tim pakar bisa meliputi praktisi dan ilmuwan di sektor terkait, serta ahli epidemiologi. Rekomendasi harus berbasis data dan perkembangan sains terkini dari seluruh dunia.
Langkah lain yang juga penting adalah penguatan ketahanan dengan mempercepat riset terkait dengan konten lokal termasuk dalam pengembangan suplemen penguat imunitas tubuh dari bahan alam lokal.
Handoko menuturkan perlunya penciptaan model bisnis baru untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui teknologi tepat guna berbasis riset, sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas dengan daya tahan lebih lama.