TEMPO Interaktif, DENPASAR:Koordinator Nasional Program Perikanan lembaga swadaya masyarakat World Wild Fund (WWF) Indonesia, Imam Musthofa Zainudin, menyerukan kepada seluruh pelaku usaha perikanan ikut menyelamatkan penyu.Ia mengatakan, lebih dari 7.700 ekor penyu di Indonesia terkena pancing atau terjebak dalam jaring kapal ikan. Penyu-penyu tersebut tertangkap tidak sengaja sebagai tangkapan non-target, atau tangkapan sampingan (by-catch).Kapal penagkap ikan tersebut terutama kapal penangkap rawai tuna (tuna long-line), dan pukat udang (shrimp trawl). Kami juga minta pemerintah menegakka aturan, katanya, di Denpasar, Senin (26/8), usai mengikuti acaraPertemuan Tahunan Negara-negara Penandatangan IndianOcean and South East Asian (IOSEA) untuk penyelamatanpenyu. WWF mencatat, pada tiga sentra penangkapan tuna Indonesia, yakni pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, dan Benoa, Bali, kapal tuna long-line menangkap 1 hingga 5 ekor penyu setiap melaut(fishing trip).Kapal-kapal dari Bitung yang beroperasi di kawasan sebelah utara Papua dan Pasifik Barat bahkan bisa menangkap antara 5 hingga 40 ekor penyu setiap melaut di tempat-tempat tertentu, khususnya di dekat pantaipeneluran penyu.Menurut Wawan Ridwan, Direktur Program Kelautan WWF Indonesia, solusi untuk by-catch penyu sudahtersedia, yakni dengan penggunaan Turtle ExcluderDevice (TED) untuk perikanan pukat udang, dan pancinglingkar (circle hook) untuk perikanan tuna long-line.Saat ini TED sudah diatur penggunaannya, tapi pengawasannya masih kurang. Sedangkan circle hookharus segera diwajibkan penggunaannya, karena mampumengurangi by-catch penyu sampai 85% dibandingkanpancing tuna biasa. ROFIQI HASAN