Kompleks Makam Tebuireng Ditutup Sementara Demi Antisipasi Corona
Reporter
Ishomuddin (Kontributor)
Editor
Amirullah
Minggu, 15 Maret 2020 19:10 WIB
TEMPO.CO, Jombang - Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Abdul Hakim Mahfudz menyatakan menutup sementara kompleks makam keluarga pesantren setempat sejak Senin dini hari, 16 Maret 2020 pukul 00.00 WIB. Keputusan penutupan sementara akses ke makam bagi peziarah itu diambil sebagai antisipasi wabah penularan virus Corona atau Covid-19.
"Berkenaan dengan kebijakan ini, kami atas nama keluarga besar Pesantren Tebuireng menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya," kata Abdul Hakim Mahfudz dalam siaran pers yang diterima, Ahad, 15 Maret 2020.
Keputusan itu dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 1524/I/HM 00 01/PENG/2020 tertanggal 14 Maret 2020. Penutupan kompleks makam keluarga pesantren Tebuireng itu berlaku sampai dengan waktu yang belum ditentukan.
Di kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng terdapat beberapa makam pahlawan sekaligus tokoh nasional, seperti pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pendiri Pesantren Tebuireng KH Hasyim Asy’ari, bekas Menteri Agama pertama RI KH Wahid Hasyim, bekas Presiden RI keempat dan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan bekas Wakil Ketua Komnas HAM yang meninggal dunia 2 Februari 2020 lalu, KH Salahudin Wahid (Gus Solah).
Sejak Gus Dur wafat dan dimakamkan di Tebuireng pada 31 Desember 2009, kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng semakin ramai dikunjungi peziarah dari seluruh Indonesia dan bahkan luar negeri.
Sekretaris Pesantren Tebuireng Abdul Ghofar menambahkan kebijakan penutupan kompleks makam tersebut diambil sebagai langkah preventif untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19 di ruang publik seperti anjuran pemerintah.
"Kami putuskan kebijakan tersebut dalam rapat pimpinan dan Majelis Keluarga Pesantren Tebuireng dengan merujuk anjuran yang disampaikan pemerintah," katanya.
Pria yang akrab dipanggil Gus Ghofar ini menuturkan kompleks makam Pesantren Tebuireng juga digunakan sebagai tempat mengaji santri. Sehingga untuk mencegah penularan virus dari luar pesantren, maka pesantren menutup kompleks makam sampai batas yang belum ditentukan.