PPP Minta Kritik RUU Ketahanan Keluarga Disampaikan dengan Santun

Rabu, 19 Februari 2020 16:29 WIB

Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani saat menerima kunjungan audiensi delegasi Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab Se-Indonesia di ruang kerja Wakil Ketua MPR RI, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa, 19 November 2019.

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) asal Partai Persatuan Pembangunan atau PPP Arsul Sani meminta kritik terhadap Rancangan Undang-undang atau RUU Ketahanan Keluarga tak disampaikan dengan nada ujaran kebencian.

"Silakan saja berbagai elemen masyarakat menyampaikan pendapatnya, yang paling penting tidak usah dengan ujaran kebencian lah," kata Arsul di Kompleks Parlemen pada Rabu, 19 Februari 2020.

Arsul menjelaskan, mengusulkan RUU merupakan kewenangan konstitusional anggota DPR yang mesti dihormati. Namun, jika RUU itu disahkan sebagai inisiatif, Arsul menyebut diperlukannya ruang konsultasi dan ruang partisipasi publik. "Harus dibuka, sebab kalau bicara aspirasi, itu kan yang masuk ke DPR boleh dibilang tidak pernah tunggal," ujarnya.

Arsul mengatakan, meski banyak pihak yang mengkritik isi dari RUU ini, dia mengklaim banyak pula elemen masyarakat yang berharap adanya RUU yang bisa membentengi sebuah keluarga.

Misalnya, kata Arsul, benteng itu diperlukan dari paham radikal yang mengarah kepada intoleransi. "Tidak semua paham radikal jelek, tapi kalau yang mengarah kepada intoleransi, apalagi kekerasan, ini yang harus di cegah," ujarnya.

Arsul menyebut dia mengetahui sejumlah pasal yang menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat, yakni peran wanita, dan kewajiban istri dalam sebuah keluarga. "Itu kan baru usulan dari pengusul, belum tentu juga akan bunyi kalau Undang-undang disahkan."

Seperti diketahui, draf RUU ini diusulkan oleh Ledia Hanifa dan Netty Prasetiyani dari Partai Keadilan Sejahtera, Sodik Mudjahid dari Gerindra, Endang Maria Astuti dari Golkar, dan Ali Taher dari Partai Amanat Nasional. Kelimanya merupakan anggota DPR Komisi VIII periode 2014-2019.

Hingga kini sejumlah pasal dikritik sejumlah pihak lantaran dinilai mengganggu ranah privasi, seperti aturan pemidanaan pendonor sperma dan ovum, pengaturan terhadap perilaku masokis, dan aturan rehabilitasi pada LGBT.

Berita terkait

KPU Bantah Suara PPP di 35 Dapil Banten Pindah ke Partai Garuda

2 jam lalu

KPU Bantah Suara PPP di 35 Dapil Banten Pindah ke Partai Garuda

KPU membantah tudingan PPP mengenai perpindahan suara dari PPP kepada Partai Garuda di 35 daerah pemilihan (dapil) di Provinsi Banten.

Baca Selengkapnya

PPP Sebut Belum Tentukan Sikap Politik Resmi di Pilkada Jawa Timur

3 jam lalu

PPP Sebut Belum Tentukan Sikap Politik Resmi di Pilkada Jawa Timur

PPP menyatakan sifat politiknya di Pilkada Jawa Timur masih dinamis. Antara mendukung Khofifah atau membentuk koalisi baru.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

7 jam lalu

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama mengatakan kenaikan tarif tidak boleh membebani mayoritas penumpang KRL

Baca Selengkapnya

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

2 hari lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

2 hari lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

2 hari lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Kata KPU Soal Gugatan Alihkan Suara PPP di 35 Dapil

2 hari lalu

Kata KPU Soal Gugatan Alihkan Suara PPP di 35 Dapil

KPU menanggapi permohonan sengketa pileg yang dilayangkan oleh PPP. Partai ini menuding KPU mengalihkan suara mereka di 35 dapil.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

PPP Klaim Suaranya di Papua Pegunungan Pindah ke PKB hingga Garuda

3 hari lalu

PPP Klaim Suaranya di Papua Pegunungan Pindah ke PKB hingga Garuda

PPP mengklaim perolehan suara partainya berpindah secara tidak sah ke PKB, Partai Garuda, dan PKN.

Baca Selengkapnya

PAN Cabut Gugatan Sengketa Pileg dengan PPP di MK

3 hari lalu

PAN Cabut Gugatan Sengketa Pileg dengan PPP di MK

Keputusan PAN mencabut gugatan PHPU pileg dengan PPP di MK. Diketahui, permohonan tersebut telah ditandatangani Ketum PAN Zulkifli Hasan.

Baca Selengkapnya