Dahnil Anzar dari Tukang Parkir Menjadi Jubir Prabowo Subianto
Reporter
Budiarti Utami Putri
Editor
Syailendra Persada
Senin, 29 Juli 2019 09:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menunjuk Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai juru bicara. Dahnil mengatakan dia baru resmi didapuk menjadi juru bicara, Ahad, 28 Juli 2019.
"Semoga saya bisa menunaikan tanggung jawab ini dengan baik dan mohon doa dan dukungan sahabat sekalian," kata Dahnil melalui pesan singkat pada Ahad, 28 Juli 2019.
Kedekatan Dahnil dengan Prabowo ini mulai dibangun saat mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ini menjadi koordinator juru bicara di Badan Pemenangan Nasional (BPN). Badan Pemenangan ini merupakan tim sukses Prabowo dan Sandiaga Uno di Pemilihan Presiden 2019. Bergabungnya Dahnil ke tim pemenangan pasangan calon 02 itu diumumkan pada September 2018.
Dahnil mengaku dirinya diminta oleh Prabowo dan Sandiaga untuk menjadi juru bicara. Dahnil pun mengatakan memutuskan bergabung setelah meminta pandangan berbagai pihak, termasuk keluarga dan para seniornya di Muhammadiyah.
Mantap terjun ke tim pemenangan pilpres, Dahnil mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pegawai negeri sipil. Yaitu dosen tetap Aparatur Sipil Negara di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
Kala itu Dahnil mengatakan, dia meyakini Prabowo - Sandiaga dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dia juga meyakini pasangan tersebut bakal menuntaskan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan.
<!--more-->
Dahnil diketahui menghabiskan masa kecilnya di Aceh Tamiang, Aceh Timur dan Sibolga, Sumatera Utara. Pria yang akrab disapa Anin ini lahir di Salahaji, desa yang terletak di perbatasan Aceh Tamiang dan Kecamatan Besitang, Langkat, Sumatera Utara, pada 10 April 1982.
Dahnil tinggal di Kualasimpang, Aceh Tamiang, hingga dirinya kelas 1 SMP. Kemudian, dia mengikuti orang tuanya pindah ke Kota Sibolga dan tinggal di sana hingga lulus SMP. Setelah itu, Dahnil kembali mengikuti orang tuanya pindah ke Kota Tangerang, Banten.
Perjalanan Dahnil Anzar menempuh pendidikan tidaklah mulus. Keinginannya untuk kuliah sempat terhalang kondisi ekonomi keluarganya. Akhirnya, Dahnil dan teman-temannya membuka kursus bahasa Inggris yang diberi nama Garis English Center Club (GECC).
Dahnil menjalankan lembaga kursus sembari menjadi tukang parkir. Pada tahun 2000, seluruh keluarganya pulang kembali ke Medan. Namun Dahnil memutuskan tetap tinggal di Tangerang. Setahun kemudian, dengan bantuan biaya dari sang ayah, Dahnil mulai bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi.
Dia pun mendaftar ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta. Biaya kuliah di kampus tersebut kala itu tergolong terjangkau ketimbang kampus-kampus lain. Di kampus milik jaringan Muhammadiyah inilah Dahnil mulai aktif di kegiatan kepemudaan. Dia bergelut di Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan menjadi Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa.
Lulus pada 2005 dengan gelar Sarjana Ekonomi, Dahnil melanjutkan studi S2 ke Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Konsentrasi Desentralisasi Keuangan Pusat dan Daerah Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Studi ini dia tempuh sembari menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Tangerang. Tak berhenti di jenjang S2, Dahnil lanjut menempuh program doktoral bidang ilmu ekonomi di Universitas Diponegoro, Semarang, dan rampung pada 2018.
Pada 2014-2018, Dahnil didapuk sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah yang terpilih melalui Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-16 di Padang, Sumatera Barat. Dia terpilih menggantikan politikus Partai Amanat Nasional Saleh Partaonan Daulay.
<!--more-->
Beberapa waktu lalu, Dahnil sempat dipanggil Polda Sumatera Utara terkait dugaan kasus makar. Namanya juga sempat disebut-sebut dalam dugaan perkara penyimpangan dana kemah dan apel Pemuda Islam Indonesia. Dahnil sempat beberapa kali dipanggil Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya terkait perkara ini.
Seusai menjalani pemeriksaan pada 7 Februari lalu, Dahnil menanggapi enteng. "Polisi sedang menguji daya tahan saya, lagi lucu-lucuan," kata Dahnil di Polda Metro Jaya.
Setelah pilpres rampung, Dahnil mengaku mempertimbangkan kemungkinan bergabung dengan Partai Gerindra. Dia juga mengaku dicalonkan oleh pengurus Gerindra di Medan untuk maju sebagai calon wali kota di pemilihan kepala daerah 2020 nanti.
"Partai Gerindra di sana yang mendorong, kemudian relawan-relawan. Kami akan bicarakan lebih lanjut," kata Dahnil kepada Tempo pada Sabtu, 6 Juli lalu.
Ihwal kepastian bergabung dengan Gerindra dan maju pilwakot, Dahnil Anzar mengatakan ingin mengembangkan bisnisnya terlebih dulu. Pria yang gemar terhadap vespa ini diketahui juga menjalankan bisnis kuliner.