Polisi Analisa Video Viral Orang Mirip Eks Bos Kopassus Tutup KPU
Reporter
Andita Rahma
Editor
Endri Kurniawati
Kamis, 16 Mei 2019 13:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menganalisa video viral yang beredar di media sosial yang menayangkan seorang lelaki yang diduga mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen TNI (Purn) Soenarko. Lelaki itu berbicara mengenai rencana aksi pada hari pengumunan hasil rekapitulasi suara 22 Mei mendatang di Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Sudah saya informasikan ke Direktorat Siber untuk dianalisa lebih lanjut," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta Selatan pada Kamis, 16 Mei 2019.
Dalam video viral itu, pria berkemeja merah marun bergaris vertikal hitam berbicara kepada seseorang. Lawan bicaranya tak tampak wajah, hanya tangannya saja. Berikut ujaran yang disampaikannya dalam video itu:
"Tapi kalau tanggal 22 diumumkan Jokowi menang, kita lakukan kita tutup dahulu KPU. Mungkin ada yang tutup Istana dengan Senayan, tapi dalam jumlah besar. Kalau (massanya dalam) jumlah besar. Polisi juga bingung. Kalau tentara, yakin dia tidak akan bertindak keras.”
Baca juga: Diancam akan Dipenggal, Jokowi: Kita Semua Puasa, yang Sabar
Tak hanya menganalisa video, polisi juga masih menunggu laporan masyarakat soal video itu. "Masih ditunggu pelaporannya,” kata Dedi.
Dalam video viral itu, lelaki tersebut juga sempat menyinggung aksi di Bawaslu pada tanggal 9-10 Mei lalu. Diakhir tayangan, dia menyampaikan jika KPU mengumumkan Prabowo - Sandiaga sebagai pemenang maka massa diminta melakukan syukuran. "Kalau nanti kebetulan diumumkan 02, ya kita syukuran aja di situ," kata dia.
Baca: Polisi Tangkap Penyebar Video Viral Hoaks ...
Video viral itu juga memperlihatkan lima perempuan dan dua pria yang mendengarkan lelaki yang diduga Soenarko itu. Belum diketahui kapan waktu pengambilan video, perekam dan penyebar video serta lokasi rapat.
Setiap ada suatu perbuatan, kepolisian menganalisa dan mengkaji terlebih dahulu. “Setiap ada dugaan peristiwa seperti itu, Direktorat Siber lebih banyak menganalisis terlebih dahulu."