Pengamat: Demokrat Menunggu Pinangan Koalisi Jokowi

Reporter

Fikri Arigi

Minggu, 12 Mei 2019 14:38 WIB

Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono mengawali kampanye terbuka di Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta Timur, Ahad, 24 Maret 2019. TEMPO/Budiarti Utami Putri.

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik asal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan Partai Demokrat akan sulit menawarkan diri untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Kerja pengusung Joko Widodo atau Jokowi - Ma’ruf Amin. Untuk itu, kata dia, Demokrat hanya akan menunggu pinangan kubu Jokowi.

Baca: Demokrat Sudah Mulai Bahas Opsi Arah Koalisi Pascapilpres

“Berkoalisi dengan Jokowi, dengan catatan Demokrat dilamar untuk menjadi bagian koalisi Jokowi. Tak mungkin Demokrat menawarkan diri bergabung mengingat gengsi Demokrat cukup kuat,” ujar Adi saat dihubungi, Ahad 12 Mei 2019.

Kalau pun Demokrat akhirnya menawarkan diri, menurut Adi, keputusan tersebut takkan jadi langkah yang mudah. Karena, selain soal gengsi, Demokrat juga harus menghadapi kemungkinan penolakan dari partai-partai koalisi lain, yang sudah gemuk. Selain itu ada pula kendala psikologis, hubungan tak mesra antara Ketua Umum partai mereka Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.

Ia menilai, bagi koalisi Jokowi, bergabungnya Demokrat tidak terlalu menguntungkan. Pasalnya, komposisi Koalisi Indonesia Kerja sudah dominan di parlemen dengan angka di atas 60 persen. Sedangkan sisanya 40 persen diisi oleh oposisi.

“Komposisi ini ideal untuk menjaga keseimbangan demokrasi yang sehat yang mensyaratkan oposisi yang juga kuat,” tutur Adi.

Advertising
Advertising

Menurut Adi, selain tetap di koalisi oposisi, atau bergabung bersama pemerintah, Demokrat tak punya pilihan lain. Jika memilih untuk menjadi partai penyeimbang seperti pilpres 2014, ia menilai itu takkan menguntungkan.

“Kalau Demokrat terus-menerus memilih di tengah, bukan hanya soal kesulitan mendapat positioning yang bagus. Tapi cukup potensial kesulitan mencari teman koalisi menuju 2024,” ucap dia.

Elite-elite Demokrat diketahui telah melakukan pembahasan soal opsi-opsi langkah yang akan mereka ambil menyambut pengumuman hasil pemilihan presiden 2019, 22 Mei nanti. "Kami mulai dari sekarang sudah membahas opsi-opsi yang akan kami tempuh ketika Prabowo menang atau ketika Jokowi menang, apa yang akan kami lakukan," kata Ketua Bidang Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean kepada Tempo, Sabtu, 11 Mei 2019.

Baca juga: Demokrat Anggap Arief Poyuono Tak Punya Kapasitas Bicara Koalisi

Menurut Ferdinand, opsi yang dipersiapkan menyangkut kemungkinan siapa pun yang menang, baik calon presiden 01 Joko Widodo maupun calon presiden 02 Prabowo Subianto.

FIKRI ARIGI | BUDIARTI UTAMI PUTRI

Berita terkait

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

1 jam lalu

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 sesuai dengan program pembangunan yang telah direncanakan

Baca Selengkapnya

KPU Bantah Gugatan Demokrat di Sengketa Pileg Banten: Perolehan Suara Versi Pemohon Tidak Benar

2 jam lalu

KPU Bantah Gugatan Demokrat di Sengketa Pileg Banten: Perolehan Suara Versi Pemohon Tidak Benar

KPU membantah gugatan Partai Demokrat pada perkara Nomor 183-01-14-16/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024 dalam sidang sengketa Pileg

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

2 jam lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

2 jam lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Sepakat dengan Luhut, Demokrat Tak Ingin 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

2 jam lalu

Sepakat dengan Luhut, Demokrat Tak Ingin 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

Partai Demokrat sepakat dengan pesan Luhut Binsar Pandjaitan kepada Presiden terpilih Prabowo untuk tidak membawa orang toxic ke kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

2 jam lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

3 jam lalu

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

Presiden Jokowi nge-prank jurnalis yang sudah menuggu sekitar setengah jam untuk sesi wawancara cegat atau doorstop.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

4 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

4 jam lalu

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

PLN mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di tanah air

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

5 jam lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya