Kubu Jokowi Akui Punya Utang Penyelesaian Pelanggaran HAM

Selasa, 19 Februari 2019 13:51 WIB

Anggota MPR Arsul Sani hadir dalam diskusi Empat Pilar MPR dengan tema "PP No. 43 Tahun 2018 dan Tap MPR No. XI Tahun 1998, Sinergi Berantas Korupsi?" di Media Center MPR/DPR Gedung Nusantara III Komplek Parlemen, Jakarta, Jumat, 12 Oktober 2018. (dok MPR RI)

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin, Arsul Sani mengakui penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu menjadi utang pemerintahan Jokowi saat ini. Namun, dia mengatakan hal itu juga menjadi utang pemerintahan sebelumnya.

Baca juga: Faisol Riza Minta DPR Ambil Sikap Soal Kasus Penghilangan Orang

Pengakuan ini disampaikan Arsul dalam acara bedah visi misi calon presiden-wakil presiden Jokowi-Ma'ruf di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM.

"Ini harus diakui menjadi utang pemerintahan saat ini sebagaimana utang pemerintah sebelumnya. Utang ini kan sama tuanya dengan reformasi," kata Arsul di kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Januari 2019.

Arsul menuturkan, upaya penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu kerap terganjal pelbagai persoalan, baik dari internal pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat maupun reaksi dari publik. Dia mencontohkan, pemerintah dan DPR belum sepakat ihwal upaya yang akan ditempuh.

Advertising
Advertising

Kata dia, DPR utamanya Komisi Hukum beranggapan bahwa pelanggaran HAM berat masa lalu harus diselesaikan melalui jalur pengadilan atau yudisial. Di sisi lain, Arsul berujar pemerintahan Jokowi juga berusaha alternatif penyelesaian lain melalui jalur nonyudisial.

Meski begitu, Arsul mengklaim Jokowi tak menutup pintu penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat melalui jalur yudisial. "Beliau sangat eager untuk mencari alternatif nonyudisial, tentu tanpa juga menutup sama sekali opsi yang yudisial," kata Arsul.

Berikutnya, Arsul mencontohkan kasus pelanggaran HAM berat 1997/1998. Kata dia, orang-orang yang terlibat pengambilan keputusan saat itu juga masih aktif dalam konstelasi politik saat ini.

"Katakanlah kalau kita ambil dugaan pelanggaran HAM berat yang paling akhir itu 1998, itu melibatkan orang-orang yang secara konstelasi politik saat ini masih ikut di dalam pengambilan keputusan," kata dia.

Baca juga: Timses Sebut Prabowo Tak Masalah Ditanya soal Penculikan Aktivis

Tak cuma itu, Arsul mengakui DPR juga terhambat jika ingin mendorong penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat. Dia misalnya, pernah diminta oleh sebuah organisasi masyarakat Islam agar tak membahas isu pelanggaran HAM berat 1965. Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan ini mengatakan, tak mudah bagi partai politik untuk berhadapan dengan basis massa pendukung.

"Walaupun kita secara nalar ingin menyelesaikan, tapi kalau secara kekuatan politik tidak bisa menegasikan suara-suara itu apalagi kalau itu basis-basis tradisional pendukungnya," ujarnya.

Berita terkait

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

11 jam lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

13 jam lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

4 Lika-liku Perjalanan RUU DKJ Hingga Resmi Disahkan Presiden Jokowi

13 jam lalu

4 Lika-liku Perjalanan RUU DKJ Hingga Resmi Disahkan Presiden Jokowi

Pengesahan RUU DKJ ditandatangani Presiden Jokowi di Jakarta 25 April 2024 dan diundangkan di Jakarta pada tanggal yang sama oleh Mensesneg.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Hari Buruh Gagal Demo di Depan Istana, Presiden Jokowi Ada di Mana?

14 jam lalu

Massa Aksi Hari Buruh Gagal Demo di Depan Istana, Presiden Jokowi Ada di Mana?

Demonstrasi memperingati Hari Buruh itu membawa dua tuntutan. Salah satunya tuntutan mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Baca Selengkapnya

Harapan Jokowi dan Prabowo di Hari Buruh Internasional 2024

14 jam lalu

Harapan Jokowi dan Prabowo di Hari Buruh Internasional 2024

Jokowi dan Prabowo mengucapkan selamat Hari Buruh. Berikut harapan Presiden dan Presiden terpilih 2024-2029 itu.

Baca Selengkapnya

Bos Microsoft ke Indonesia, Investasi hingga Luhut Menjamin Keuntungan

21 jam lalu

Bos Microsoft ke Indonesia, Investasi hingga Luhut Menjamin Keuntungan

Presiden Jokowi menerima kunjungan kerja Chief Executive Officer Microsoft Satya Nadella di Istana Kepresidenan Jakarta, pada Selasa, 30 April 2024

Baca Selengkapnya

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

22 jam lalu

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

CEO sekaligus Chairman Microsoft Satya Nadella bertemu Jokowi, kemarin. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

23 jam lalu

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

Rocky Gerung dinyatakan tidak bersalah dalam gugatan penghinaan presiden yang diajukan David Tobing. Bagaimana kilas baliknya?

Baca Selengkapnya

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

1 hari lalu

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

Prabowo-Gibran diminta memperhatikan komposisi kalangan profesional dan partai politik dalam menyusun kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

1 hari lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya