Daftar Mutasi Perwira Tinggi TNI Sepanjang 2018
Reporter
Syafiul Hadi
Editor
Ninis Chairunnisa
Rabu, 2 Januari 2019 05:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia melakukan sejumlah pergantian dan mutasi perwira tinggi selama tahun 2018. Rotasi ini merupakan sesuatu yang wajar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan pembinaan karier perwira tinggi TNI.
Selain itu, mutasi ini bertujuan mengoptimalkan tugas-tugas TNI yang semakin kompleks dan dinamis. Berikut beberapa pergantian dan mutasi perwira tinggi di tubuh TNI selama tahun 2018 yang dihimpun Tempo:
Baca: Panglima TNI Mutasi 81 Jabatan Perwira Tinggi, Ini Daftarnya
1. Pergantian Pangkostrad, dari Edy Rahmayadi ke Agus Kriswanto
Awal tahun 2018, posisi Letnan Jenderal Edy Rahmayadi sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD digantikan oleh Letnan Jenderal Agus Kriswanto. Rotasi ini berdasarkan pada surat keputusan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada akhir Desember 2017.
Agus merupakan perwira tinggi TNI AD lulusan Akademi Militer tahun 1984. Sebelum dilantik menjadi Pangkostrad, lelaki kelahiran Pekalongan, 10 Juli 1960 ini menjabat Komandan Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat tahun 2016. Ia juga pernah menjabat Panglima Komando Daerah Militer Iskandar Muda pada 2014.
Edy Rahmayadi mengatakan dipilihnya Agus menggantikan dirinya sebagai Pangkostrad merupakan hal yang wajar. Menurut dia, Agus merupakan figur yang hebat. "Di atas saya dia (Agus), prestasinya di atas saya. Pokoknya hebatlah," kata Edy kepada Tempo pada Kamis, 4 Januari 2018. Sebelumnya, Edy mengundurkan diri dari jabatannya untuk mengikuti pemilihan gubernur Sumatera Utara.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) saat itu, Jenderal Mulyono mengatakan pemilihan Agus sebagai Pangkostrad sesuai dengan kebutuhan personel di TNI. "Pergantian Pangkostrad tidak ada motif apa-apa," kata dia. Menurut dia, Agus dipilih karena prestasinya.
2. Andika Perkasa menjadi Pangkostrad
Panglima Hadi kembali merotasi jabatan di tubuh TNI pada pertengahan Juli lalu. Dalam surat keputusan Panglima TNI yang ditetapkan di Jakarta, Jumat, 13 Juli 2018, salah satu yang terkena mutasi, yakni Letnan Jenderal Andika Perkasa.
Andika Perkasa di mutasi dari Komandan Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI menjadi Pangkostrad. Pengangkatan itu menjadi promosi bagi Andika. Menantu mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono itu tercatat hanya enam bulan menempati jabatan Dankodiklat.
Andika menggantikan Letnan Jenderal Agus Kriswanto yang diangkat menjadi Perwira Tinggi Markas Besar TNI AD dalam rangka pensiun. Sebelumnya, pada Januari 2018, Andika juga baru saja naik pangkat dari Mayor Jenderal menjadi Letnan Jenderal. Kenaikan pangkat seiring dengan jabatan Dankodiklat yang diserahkan kepadanya.
Kepala Pusat Penerangan TNI saat itu, Mayor Jenderal Sabrar Fadhilah mengatakan tak ada alasan khusus pengangkatan Andika menjadi Pangkostrad. "Saya kira dari sisi kacamata kami (TNI), tidak ada urusan," kata dia.
Sabrar menuturkan banyak pertimbangan yang dilakukan dalam pengangkatan Andika. Salah satunya, Andika diangkat karena memiliki banyak prestasi dalam organisasi TNI. "Gelar beliau bagus, sekolahnya juga bagus, secara jabatan juga," kata dia. Pengangkatan Andika juga telah sesuai prosedur dan ia sekaligus membantah pengangkatan Andika sebagai Pangkostrad bermuatan politis.
3. Andika Perkasa menjadi Kepala Staf Angkatan Darat
Andika tak lama menjabat sebagai Pangkostrad. Pada November lalu, Presiden Joko Widodo menunjuk Andika sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) untuk menggantikan Jenderal Mulyono yang pensiun.
Pengangkatan Andika ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 97/TNI/2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan KSAD. Pelantikan Andika ini menjadikannya berpangkat Jenderal bintang empat.
Menurut Jokowi, penunjukkan Andika sebagai KSAD telah melalui berbagai pertimbangan matang. Dia mengatakan Andika memiliki rekam jejak yang baik. "Pak Andika pernah di Kopassus, Pusdiklat, Pangdam, Kostrad, pernah di penerangan. Pernah di Danpaspampres saya kira komplet," kata Jokowi usai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 22 November 2018.
Sebelumnya, Jokowi menerima empat usulan nama dari Panglima Marsekal Hadi Tjahjanto. Meski Andika lebih junior ketimbang nama-nama lain yang sempat diisukan menjadi KSAD seperti Sekretaris Jenderal Wantannas Letnan Jenderal Doni Monardo dan Wakil KSAD Letnan Jenderal Tatang Sulaiman, kata Jokowi, keputusannya tidak melihat usia.
Karena alasan itu pula, pemilihan Andika sebagai KSAD sempat dinilai bermuatan politis. Direktur Imparsial, Al Araf, berpendapat pengangkatan ini bersifat politis karena ada faktor kedekatan di lingkaran presiden.
"Keberadaan Hendropriyono sebagai tim di lingkaran presiden yang memiliki hubungan dengan Andika tentu memberi pengaruh dalam pergantian KSAD kali ini," ujar Al Araf. Diketahui, Andika merupakan menantu AM Hendropriyono, mantan Kepala BIN.
Adapun Andika tak ambil pusing dengan tudingan soal pengangkatannya yang berbau politis. "Ya itu tadi, monggo mau ngomong apa juga saya kondisinya begini, keadaan saya begini, dan dari dulu juga begini. Gak ada yang saya komentari lagi, terserah," kata Andika saat ditemui usai pelantikannya.
4. Besar Harto menjadi Pangkostrad gantikan Andika Perkasa
Mutasi jabatan di tubuh TNI pada akhir November lalu menempatkan Mayor Jenderal Besar Harto Karyawan menjadi Pangkostrad menggantikan Andika. Posisi ini kosong setelah Andika dilantik menjadi KSAD.
Besar Harto menjadi Pangkostrad dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1240/XI/2018 tanggal 29 November 2018 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI.
Perwira tinggi ini merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1986. Sebelum menjadi Pangkostrad ke-40 saat ini, dia menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi sejak 19 Maret hingga 29 November 2018. Dia merupakan perwira tinggi yang berpengalaman dalam bidang infanteri Komando Strategis Angkatan Darat.
Sejak menjadi perwira tinggi, Besar Harto memulai kariernya dengan pangkat Brigadir Jenderal sebagai Inspektorat Kostrad pada 2015. Tahun 2016, dia diangkat menjadi Kepala Koordinator Dosen Sekolah Staf dan Komando TNI. Pada tahun yang sama pula, pria asal Pasaman, Sumatera Barat ini kembali menjadi Inspektorat Kostrad.
Pada pangkat Mayor Jenderalnya, Besar Harto memulai karier di Komandan Pusat Penerbangan TNI AD tahun 2017. Setelah itu, ia dimutasi awal tahun 2018 menjadi Pangdam III/Siliwangi. Saat nanti dilantik menjadi Pangkostrad, Besar Harto akan naik pangkat menjadi Letnan Jenderal.
5. Maruli Simanjuntak menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden
Surat Keputusan Panglima TNI akhir November lalu juga merotasi beberapa perwira tinggi lain, salah satunya Brigadir Jenderal Maruli Simanjuntak. Menantu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ini mengisi posisi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Maruli menjadi Danpaspamres menggantikan Mayor Jenderal Suhartono. Lulusan akademi militer tahun 1992 ini tercatat berpengalaman di bidang infanteri Komando Pasukan Khusus dan Destasmen Tempur Cakra.
Maruli juga sudah tak asing dalam bidang Paspampres. Dia tercatat pernah menjadi Komandan Grup A Paspamres tahun 20014 hingga 2016. Selain itu, dia pernah menjabat sebagai Wakil Komandan Paspamres tahun 2017. Sebelum akhirnya menjabat Danpaspamres, dia sempat menjadi Kepala Staf Daerah Militer IV/Diponegoro.
Baca: Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Mutasi 39 Perwira Tinggi