Bantuan Perbaikan Rumah Rusak Gempa Lombok Diberikan Bertahap

Selasa, 28 Agustus 2018 02:15 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berbincang dengan korban gempa di tempat pengungsian di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Kamis, 23 Agustus 2018. Selain meninjau lokasi penampungan korban gempa, Sri Mulyani juga menyerahkan bantuan yang digalang di lingkungan Kementerian Keuangan. Foto: Humas Kementerian Keuangan

TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan untuk rekonstruksi rumah rusak akibat gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk gempa Lombok, akan dilakukan secara bertahap. Dana akan disalurkan berdasarkan kesiapan pembangunan yang dirancang oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah.

Pemerintah memperkirakan ada 70 ribu rumah yang perlu dibangun kembali. Pemerintah daerah bersama dengan BNPB tengah mendata jumlah rumah yang rusak dengan mencocokkan nama pemilik serta alamat rumah. Sekitar 17 ribu bangunan rusak telah terverifikasi.

Baca: Perbaikan Rumah Akibat Gempa Lombok Dimulai pada Bulan Depan

Sri Mulyani menuturkan anggaran perbaikan tahap pertama akan dikucurkan untuk 5.000 unit bangunan. "Jadi sebaiknya mungkin tahap pertama dulu sesuai dengan kesiapan pembangunan, dan kesiapan untuk penggunaan anggaran itu kita lakukan secara bersama dan oleh karena itu tahapannya akan didesain oleh BNPB dan pemerintah daerah," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Pemerintah berencana mentransfer dana senilai Rp 10 juta kepada masing-masing unit bangunan apa pun kategori kerusakannya. Berdasarkan kebijakan sebelumnya, pemerintah akan memberikan dana Rp 50 juta untuk rumah dengan kerusakan berat, Rp 25 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp 10 juta untuk rumah rusak ringan.

Simak: Jusuf Kalla Pimpin Rapat Penanganan Korban Gempa Lombok

Distribusi dengan skema ini diharapkan bisa mempercepat rekonstruksi. Pasalnya, menunggu hasil verifikasi sekitar 70 ribu bangunan membutuhkan waktu yang tak sebentar. "Kalau nanti ternyata bangunannya rusak berat, kami akan kembali mengirim dana hingga Rp 50 juta," ujar Kepala BNPB Willem Rampangilei.

Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin mengatakan proses rekonstruksi bangunan yang rusak diperkirakan berlangsung selama enam bulan. Menurut dia, prosesnya bisa selesai lebih cepat jika pemerintah daerah mendapat bantuan alat berat.

Lihat: Pemerintah Telah Cairkan Rp1,9 Triliun untuk Korban Gempa Lombok

Dia menuturkan alat berat diperlukan untuk membersihkan puing reruntuhan. Setelah dibersihkan, pembangunan rumah baru bisa dimulai. "Kalau ada bantuan alat berat lebih banyak, rekonstruksinya bisa selesai lebih cepat," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani berujar proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca-gempa Lombok ditargetkan berlangsung selama satu tahun. "Namun kita targetkan sampai bulan maret (sudah selesai)," ujarnya

Berita terkait

4 Nama yang Diusulkan PDIP Jadi Bakal Calon Gubernur DKI di Pilkada 2024

1 jam lalu

4 Nama yang Diusulkan PDIP Jadi Bakal Calon Gubernur DKI di Pilkada 2024

Siapa saja 4 nama yang diusulkan PDIP di Pilgub DKI?

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

12 jam lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

17 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

21 jam lalu

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia sedang memfinalisasi paket pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap batu bara atau PLTU

Baca Selengkapnya

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

21 jam lalu

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

Gilbert Simanjuntak, mengatakan nama Sri Mulyani masuk bursa bacagub bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

1 hari lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

2 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

3 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

3 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya