Polri Mengakui Gunakan Helikopter dalam Operasi Keamanan di Nduga

Reporter

Taufiq Siddiq

Jumat, 13 Juli 2018 17:01 WIB

Brimob Detasemen A, Polda Papua dari Jayapura saat tiba di Polsek Miru, Timika, Papua, 13 Agustus 2014. Kepolisian Daerah Papua mengirim dua peleton Brimob Den A dari Jayapura untuk membantu aparat Kepolisian Mimika mengamankan situasi pasca bentrok. ANTARA/Spedy Paereng

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia atau Polri mengakui menggunakan helikopter dalam mengamankan wilayah Kabupaten Nduga, Papua, dari serangan kelompok kriminal bersenjata. "Benar, kami menggunakan helikopter," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Muhammad Iqbal saat dikonfirmasi, Jumat, 13 Juli 2018.

Menurut Iqbal, keberadaan helikopter dibutuhkan untuk menghadapi kondisi medan yang berupa pegunungan. Sebab, tanpa helikopter, kata dia, polisi sulit menjangkau kawasan itu.

Baca: Kapolda Papua Jelaskan Serangan ke Kelompok Bersenjata di Nduga

Iqbal berujar polisi memang melakukan operasi penegakan hukum bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Nduga. Petugas, kata Iqbal, dilengkapi dengan persenjataan cukup. "Kami pakai senjata karena kami berhadapan dengan kelompok kriminal bersenjata," ucapnya.

Menurut Iqbal, operasi penegakan hukum digelar untuk menjaga keamanan dan melindungi masyarakat dari ancaman kelompok kriminal bersenjata. Sebab, Iqbal melanjutkan, kelompok kriminal itu kembali melakukan penyerangan tidak hanya terhadap polisi, tapi juga warga setempat.

Simak: TNI Tak Mengejar Kelompok Bersenjata di Nduga, Papua

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan polisi dan TNI sudah berkoordinasi untuk mengejar kelompok bersenjata yang menyerang di sejumlah tempat di Papua. Dia juga mengklaim sudah berkoordinasi dengan pemerintah setempat.

Namun Wakil Bupati Nduga Wentius Nimiangge melayangkan protes terhadap tindakan aparat gabungan TNI-Polri yang menyerang Kampung Alguru di Kenyam. Menurut dia, operasi tersebut dilaksanakan secara tertutup dan tak diketahui pemerintah daerah. Serangan tiba-tiba itu juga memicu perlawanan dari kelompok bersenjata yang tengah bersembunyi.

Simak: Teror Kelompok Bersenjata Papua, Warga Nduga Mengungsi ke Timika

Akibat baku tembak ini, menurut Wentius, warga setempat langsung mengungsi ke hutan arah Agats dan Mimika. Wentius menyebut sejumlah warga mengalami trauma dan luka-luka. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan Pemerintah Kabupaten Nduga meminta Polri dan TNI menarik pasukannya. “Bupati dan wakil ada di sini, kenapa tidak dilapori? Orang-orang ini (aparat) harus ditarik," tutur Wakil Bupati Nduga.

TAUFIQ SIDDIQ | ANDITA RAHMA

Berita terkait

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

18 jam lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

19 jam lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

1 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

1 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

2 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

2 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

3 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

3 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

3 hari lalu

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

Korlantas Polri mengungkap, terdapat banyak lembaga negara yang membuat pelat kendaraan dinas dan STNK khusus sendiri.

Baca Selengkapnya