Pusat Vulkanologi: Banjir Bandang Banyuwangi Murni Peristiwa Alam
Reporter
David Priyasidarta (Kontributor)
Editor
Amirullah
Senin, 25 Juni 2018 08:54 WIB
TEMPO.CO, Lumajang - Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) turun ke Banyuwangi, Jawa Timur, untuk melakukan kajian terkait dengan penyebab banjir bandang yang melanda empat dusun di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jumat pekan lalu. Kepala Bidang Mitigasi Pergerakan Tanah PVMBG Agus Budianto menegaskan, kejadian ini merupakan peristiwa alam.
"Kami telah lakukan kajian, ini murni peristiwa alam," kata Agus dalam rilis Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang diterima Tempo, Senin pagi, 25 Juni 2018.
Baca: BPBD Banyuwangi: 415 Rumah Terdampak Banjir Bandang
Agus menjelaskan, banjir ini terjadi akibat longsor di puncak Gunung Pendil, yang merupakan gunung api tertua di kompleks Gunung Raung. Berdasarkan pantauan satelit dan kajian PVMBG, hutan di kompleks Gunung Raung masih lebat. "Hutannya masih sangat lebat. Kami tegaskan ini peristiwa alam," ucap Agus.
Ketinggian Gunung Pendil sekitar 2.350 meter di atas permukaan laut. Adapun titik tertinggi longsor ada di ketinggian 2.245 mdpl. Gunung Pendil memiliki penampang kerucut yang curam dengan kemiringan lebih dari 45 derajat. Menurut Agus, mahkota longsor terjadi di kerucut Gunung Pendil. Longsor di Gunung Pendil terjadi akibat di gunung ini terjadi banyak pelapukan material vulkanis, karena gunung ini merupakan gunung api tertua yang tumbuh di kaldera besar.
Saat musim kemarau, terjadi rekahan-rekahan (retakan) tanah. Pada musim hujan, air masuk ke dalam rekahan hingga mengalami kejenuhan air. Ketika curah hujan sangat tinggi, air semakin susah masuk dan terbendung, lalu tidak mampu tertahan. Karena gravitasi air turun, terjadi longsor. "Kejadian kemarin kan karena curah hujan meningkat sekitar empat hari, menggenangi tanah di sana, akhirnya tidak tertampung, lalu mendobrak sisa material yang ada di atas," tutur Agus.
Baca: Banjir Bandang Terjang Empat Dusun di Banyuwangi
Saat longsor, air membawa material vulkanis yang mengalami pelapukan dan mendesak material lain, termasuk pohon-pohon besar. "Meskipun pohon besar, karena tanah di bawahnya mengalami pelapukan, pohon akan terbawa hingga akarnya. Ada ketinggian, kemiringan, akumulasi air, dan pelapukan, maka terjadilah longsor ini," kata Agus.
Berdasarkan kajian PVMBG, longsor yang terjadi di Gunung Pendil membawa material vulkanis yang mengalir ke Sungai Badeng. Ini merupakan jalur wilayah tangkapan air Gunung Pendil, sehingga menyebabkan banjir bandang. "Sejak kejadian banjir Mei lalu di lokasi yang sama, kami langsung kaji dan hasilnya sudah disosialisasi ke pemkab tentang potensi bencana geologi dari Raung. Sebenarnya kesiapan sudah dibangun sejak dini oleh pemkab dan warga. Ini sebabnya, tidak ada korban jiwa, karena warning sudah ada," kata Agus.
Baca: Ketinggian Lumpur Banjir Bandang Banyuwangi Mencapai 1 Meter
Agus berujar, saat ini, pihaknya kembali ke Banyuwangi untuk melakukan kajian kembali, menghitung berapa material yang mengalami pelapukan di Gunung Pendil. "Dan potensi terjadinya longsor," ucap Agus. Dalam kesempatan itu, Agus juga mengimbau warga untuk tetap waspada. Karena kondisi pelapukan di Gunung Pendil disertai anomali curah hujan yang masih tinggi, warga bersama pemkab tetap diminta untuk terus memantau bila ada peningkatan aliran air.
"Antisipasinya bisa dengan segera membersihkan penghalang-penghalang di aliran sungai. Dan yang penting, tetap antisipasi dan waspada, khususnya rumah-rumah yang ada di sempadan sungai," tutur Agus.