Politikus PDIP Sebut SBY Panik, Ini Kata Partai Demokrat

Kamis, 21 Juni 2018 19:14 WIB

SBY mengenakan kaus bertuliskan #JanganDiam. Twitter.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat Jansen Sitindaon membantah kritik yang dilayangkan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bambang Dwi Hartono terhadap Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Jansen menyebut tudingan Bambang DH bahwa SBY panik tidaklah berdasar.

"Mengingatkan hal yang benar kok malah dikait-kaitkan dengan kalimat "SBY panik". Tidak berdasar dan sangat sumir tuduhan Bambang DH ini," kata Jansen dalam keterangan tertulis, Kamis, 21 Juni 2018.

Baca juga: Polemik M. Iriawan Jadi Pj Gubenur, Ngabalin Bandingkan Era SBY

Bambang DH sebelumnya menanggapi cuitan SBY melalui akun Twitter @SBYudhoyono. Dalam cuitan itu, SBY menyebut ada penguasa yang melampaui batas dan mencederai keadilan. "Saya perhatikan banyak penguasa yang lampaui batas sehingga cederai keadilan dan akal sehat. Mungkin rakyat tak berdaya, tapi apa tidak takut kepada Tuhan Allah SWT?" tulis SBY pada Senin, 18 Juni 2018.

Bambang DH menilai tulisan itu merendahkan hak rakyat yang berdaulat dan cermin kepanikan SBY. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP ini mengatakan, Presiden Joko Widodo tak pernah menyalahgunakan kekuasaan dalam pemilihan umum.

Advertising
Advertising

Bambang juga mengungkit soal manipulasi yang menyebabkan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar dipenjara, manipulasi data pemilih tetap (DPT) sehingga kursi pemilih di Pacitan pada pemilu 2014 berkurang dibanding periode sebelumnya.

Baca juga: Demokrat Sebut Koalisi Dengan Gerindra Hanya Klaim Sandiaga Uno

Dalam keterangannya Bambang juga menyebut pilkada Jawa Timur dikotori oleh praktik penyalahgunaan kekuasaan. Bambang menuding pasangan calon gubernur yang diusung Demokrat, Khofifah Indar Parawansa, mengklaim program keluarga harapan (PKH) secara sepihak sebagai programnya.

Jansen menanggapi satu per satu tudingan Bambang DH. Jansen mengatakan, peringatan yang disampaikan SBY sangatlah berdasar dan relevan. Dia menyinggung soal Wakil Kepala Kepolisian Daerah Maluku Brigadir Jenderal Hasanuddin yang dicopot lantaran mendukung calon gubernur Inspektur Jenderal Murad Ismail dalam pilgub Maluku.

Murad merupakan cagub nomor urut dua yang diusung oleh PDIP, Partai Gerindra, Partai Nasdem, Partai Hanura, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Kesatuan dan Persatuan Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional.

Baca juga: Sebelum Pilkada 2018, SBY dan Prabowo Akan Bertemu

"Bukankah dalam hanya hitungan hari apa yang disampaikan dan diperingatkan pak SBY di atas menjadi sangat berdasar dan menemukan kebenarannya? Inilah yang saya maksud Bambang DH menuding orang, dia sendiri yang terpercik," kata Jansen.

Jansen kemudian menjawab tuduhan Bambang DH soal klaim PKH dalam kampanye Khofifah. Jansen mengatakan selama ini tak pernah ada fakta yang membuktikan bahwa petugas pendamping bantuan PKH memanfaatkan program tersebut untuk kepentingan Khofifah. Kata dia, program itu merupakan wujud keberhasilan pengentasan kemiskinan yang dilakukan Khofifah, yang kemudian dilanjutkan Presiden Jokowi. "Program prioritas Presiden Jokowi malah dia kritik sendiri," kata Jansen.

Baca juga: Pimpin Apel Siaga Partai Demokrat, SBY Sampaikan Pesan Pilkada

Jansen juga menanggapi tulisan Bambang DH yang menganjurkan agar SBY melakukan introspeksi diri. Kata Jansen, introspeksi itu lebih tepat dilakukan oleh pihak yang sedang berkuasa. Dia mengungkit keputusan pemerintah mengangkat M. Iriawan sebagai Penjabat Gubernur Jawa Barat yang menuai kontroversi.

"Lebih tepat sebenarnya kalimat introspeksi ini disampaikan Bambang DH kepada Presiden Jokowi dan Ketua Umumnya Ibu Megawati," ujarnya.

Poin terakhir yang ditanggapi Jansen yakni pernyataan Bambang DH bahwa seluruh pihak hendaknya membangun suasana kondusif dan memberi kesempatan rakyat menjadi hakim tertinggi di dalam menentukan pemimpinnya. Kata Jansen, kondisi ideal itu baru bisa terjadi jika seluruh aparatur negara menjaga netralitasnya dalam pilkada serentak nanti. Menurut Jansen, yang berpotensi membuat kondisi tidak netral adalah pihak-pihak yang berkuasa.

"Kami meminta Bambang DH menyarankan itu kepada kekuasaan, di mana partainya PDIP menjadi penopang saat ini," kata Jansen.

Berita terkait

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

13 jam lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Pilkada Jawa Timur, Figur Khofifah Menguat di Internal PDIP

20 jam lalu

Pilkada Jawa Timur, Figur Khofifah Menguat di Internal PDIP

PDIP masih melakukan penjaringan calon yang akan diusung dalam Pemilihan Kepada Daerah atau Pilkada Jawa Timur 2024.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Kaitan Keputusan Ganjar Jadi Oposisi dengan Sikap PDIP

20 jam lalu

Kata Pakar Soal Kaitan Keputusan Ganjar Jadi Oposisi dengan Sikap PDIP

Pakar menilai sikap oposisi Ganjar akan bermakna bila PDIP juga mengambil jalan yang sama.

Baca Selengkapnya

Ganjar Putuskan Jadi Oposisi, Guntur Romli: Itu Suasana Kebatinan di PDIP

21 jam lalu

Ganjar Putuskan Jadi Oposisi, Guntur Romli: Itu Suasana Kebatinan di PDIP

Politikus PDIP, Guntur Romli, mengatakan pilihan Ganjar Pranowo yang mutuskan jadi oposisi pemerintahan Prabowo bukan sikap resmi partainya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Masalah Fotonya Dicopot di Kantor PDIP Daerah

21 jam lalu

Jokowi Tak Masalah Fotonya Dicopot di Kantor PDIP Daerah

Jokowi menganggap bingkai foto presiden yang tidak terpasang cuma sekadar foto.

Baca Selengkapnya

Wacana Anies dan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2024, Menimbang Fase hingga Tanggapan Partai

22 jam lalu

Wacana Anies dan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2024, Menimbang Fase hingga Tanggapan Partai

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai Anies dan Ahok sulit bersanding di Pilkada DKI Jakarta 2024

Baca Selengkapnya

Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

22 jam lalu

Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

Sejumlah pakar menilai pembentukan presidential club oleh Prabowo Subianto sulit terbentuk mengingat hubungan antara Megawati, SBY, dan Jokowi.

Baca Selengkapnya

Penjelasan PDIP soal Foto Jokowi Tidak Terpasang di Kantor DPD Sumut

22 jam lalu

Penjelasan PDIP soal Foto Jokowi Tidak Terpasang di Kantor DPD Sumut

Politikus PDIP membantah adanya instruksi dari DPP PDIP untuk menurunkan foto Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Presidential Club Alias DPA: Dibentuk Soekarno, Dihapus saat Reformasi dan Dihidupkan Kembali Prabowo?

1 hari lalu

Presidential Club Alias DPA: Dibentuk Soekarno, Dihapus saat Reformasi dan Dihidupkan Kembali Prabowo?

Presiden terpilih Prabowo berniat membentuk 'Presidential Club' yang terdiri atas para mantan Presiden RI untuk menjadi semacam penasihat pemerintah.

Baca Selengkapnya

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

1 hari lalu

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

Nama Ahok dan Anies disandingkan untuk maju di Pilgub DKI Jakarta. Mungkinkah duet Ahok-Anies bakal terjadi di Pilgub DKI?

Baca Selengkapnya