TEMPO Interaktif, Purwakarta:Sebanyak 10 ribu dari 40 ribu hekatre tanaman padi yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang di wilayah Jawa Barat dinayatakan puso alias tak bisa dipanen. "Jumlah itu masih di bawah perkiraan kegagalan kita," kata Gubernur Jawa Barat Dany Setiawan di Purwakarta, Jumat petang (21/9).Menurut Dany, kalau tanaman padi yang mengalami puso tersebut mencapai angka 40 ribu hektare, maka kondisi tersebut akan mengganggu proyeksi target pangan Jawa Barat. Tetapi, karena yang terjadi hanya 10 ribu hektare saja, kondisi pangan Jawa Barat masih dinyatakan aman. "Jadi masih ada toleransilah," kata Dany mencoba memberikan alasan. Dany mengaku tak hapal berapa kerugian yang diderita petani Jawa Barat akibat kegagalan panen tersebut. Tetapi, jika jumlah areal sawah yang mengalami puso tersebut dikonversikan dengan produksi rata-rata lima ton per musim tanam per hektar, dan harga padi ditaksir Rp.2.500 per kilogramnya, maka kerugian yang diderita petani mencapai Rp.12,5 miliar. Persoalan kekeringan di Jawa Barat, Dany melanjutkan, bukan terjadi satu-dua kali. Makanya, para bupati, terutama yang berada di wilayah Pantai Utara, seperti Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon serta kabupaten lainnya yang memiliki areal persawahan potensial, sudah hapal betul bagaimana menanggulangi permasalahan kekeringan tersebut. "Mereka sudah punya program tetap masing-masing," kata Dany. Program tetap penanggulangan kekeringan tersebut yakni dengan melakukan pompanisasi di setiap areal yang mengalami kekeringan. Sampai saat ini, ketersediaan pompa buat menggelontorkan air dari sumber air ke sawah sudah dianggap cukup. Tapi, kalau pemerintah kabupaten meminta bantuan ke provinsi, "Kami siap membantunya," Dany menjanjikan. Nanang Sutisna