Buya Syafii Mendorong Indonesia Mengutuk Serangan AS Cs ke Suriah
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Juli Hantoro
Jumat, 20 April 2018 07:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii mendorong pemerintah Indonesia mengutuk serangan-serangan dari Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris ke Suriah. "Kalau menurut saya, pemerintah harus mengutuk serangan di Suriah," kata Buya Syafii dalam talkshow dan bedah buku 'Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam' di Jakarta Convention Center, Kamis, 19 April 2018.
Menurut Buya Syafii, Indonesia harus bersikap sebagai pembela yang tertindas sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Meski, sikap tersebut memang tidak mudah diambil lantaran yang terjadi di Suriah adalah perang saudara. "Dan sama saja semua seagama, itu sulitnya," tuturnya.
Baca juga: Buya Syafii Maarif: Muslim Harus Bisa Bedakan Islam dan Arabisme
Hal yang mungkin dilakukan pemerintah Indonesia adalah memberi bantuan terhadap para korban perang saudara itu. "Sulit sekali untuk berpihak."
Konflik Suriah dimulai saat terjadi serangan senjata kimia pemerintah Suriah terhadap penduduk di Kota Douma, Suriah, 7 April 2018. Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menanggapi serangan itu dengan meluncurkan serangan balasan.
Buya Syafii menuturkan terkait kabar adanya senjata kimia itu menurutnya masih belum ada penelitian yang memvalidasi isu tersebut. Dia mempertanyakan kebenaran kabar bahan kimia tersebut. Dia khawatir isu yang diembuskan itu seperti konflik di Iraq dahulu. "Dulu Iraq dituduh ternyata tak ada, apa betul ada," kata Buya Syafii. "Ini belum diteliti faktanya sudah diserang."
Baca juga: Buya Syafii Maarif dan Mengapa Politikus Indonesia Kian Agresif
Menurut Buya Syafii Indonesia mesti berpihak pada yang tertindas meski keputusan itu tak mudah. "Karena yang menyerang tak hanya barat tapi juga Turki dan Saudi," kata dia. "Itu betapa rapuhnya dunia Islam."
Buya Syafii berharap penderitaan dan konflik di Suriah bisa cepat diselesaikan. Dia pun berharap para pihak di Suriah bisa menyadari hal tersebut. "Kalau di teruskan bisa habis."