Pilpres 2019, Gerindra Kaji Capres-Cawapres dari Kalangan Militer
Reporter
Imam Hamdi
Editor
Endri Kurniawati
Minggu, 1 April 2018 10:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Gerindra sedang mengaji peluang calon presiden dan calon wakil presiden yang keduanya dari kalangan militer untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2019. "Peluang Gatot Nurmantyo (mantan Panglima TNI) sedang dikaji apakah format militer layak dijual," kata Ketua DPP Gerindra Habiburokhman di Jakarta, Sabtu, 31 Maret 2018.
Ia menuturkan ada yang bilang format militer dengan militer, seperti Prabowo Subianto dengan Gatot Nurmantyo tidak bisa dijual. Namun, faktanya Indonesia juga pernah dipimpin dari kalangan sipil dengan sipil, seperti pasangan Megawati dengan Hamzah Haz.
Baca:
Gerindra: Pilpres 2019 Bukan Pertarungan Gatot ...
Ahmad Heryawan Dinilai Cocok Dampingi Prabowo di Pilpres 2019 ...
Gerindra sedang melihat apakah konsep militer dengan militer bisa diterima dengan masyarakat. Soalnya, tingkat elektabikitas seseorang kembali dilihat ke tokohannya. Menurut dia, kalau tokoh militer yang selama ini kaku representasinya memang sulit untuk dijual.
"Kalau dipilih militer tentunya orang yang memang layak dijual dan saling menguatkan elektabilitas," ucapnya.
Sejauh ini, sejumlah nama untuk mendampingi Prabowo sudah terjaring seperti Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono, Muhaimin Iskandar dan Sohibul Iman. Kader partai akan menerima keputusan yang diambil koalisi terkait siapa yang bakal dipilih oleh koalisi partai.
Baca:
Ahmad Heryawan Dinilai Cocok Dampingi Prabowo di Pilpres 2019 ...
Yusril Sebut Potensi Poros Ketiga di Pilpres ...
"Semua tergantung figur," ujar Habib. Gerindra mengkaji kemampuan Gatot atau Agus Harimurti Yudhoyono memperkuat elektabilitas. Sejauh ini, kata Habib, ada kajian bahwa pasangan militer memperluas peluang, karena keduanya mempunyai basis dukungan masing-masing.
Habib mengatakan deklarasi pencalonan Prabowo untuk Pilpres 2019 semakin mendesak. Tenggat pendaftaran calon presiden pada Agustus mendatang sudah di depan mata. "Jokowi tampil terus di media sebagai presiden. Kalau tidak bersosialisasi bisa ketinggalan."