Mantan Ketua MPR RI Amien Rais ketika memberi sambutan dalam Kongres Alumni 212 di Wisma PHI, Jakarta Timur pada Kamis, 30 November 2017. Tempo/Zara Amelia
TEMPO.CO, Medan – Amien Rais hadir dalam acara Kongres Umat Islam 2018 digelar di Medan di Asrama Haji Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat, 30 Maret 2018. Selain Amien, hadir beberapa tokoh seperti Yusril Ihza Mahendra dan Bachtiar Chamsyah.
Dalam KUI 2018 tersebut, Amien Rais mengajak umat Islam untuk tetap menjaga kesatuan. “Jadilah satu. Beda mazhab boleh, beda partai boleh, beda firkoh juga boleh. Tapi kalau urusan negara harus tetap bersatu," ujar Amien.
Ajakan persatuan yang diutarakan Amien tidak terlepas dari pengamatannya yang menilai jika saat ini masyarakat Indonesia ingin ada pergantian pemimpin. Karena itu, umat Islam harus bersatu untuk menggalang kekuatan.
Menurut Amien, saat ini ada kecenderungan silent majority di tengah masyarakat. Masyarakat yang masuk dalam kategori ini memilih untuk tidak menentukan sikap dalam menyikapi perpolitikan dan perkembangan Indonesia. Dia mencontohkan fenomena silent majority terlihat saat masyarakat merespons masuknya beras impor, kenaikan tarif dasar listrik ataupun saat harga bahan bakar naik.
Dengan elektabilitas Jokowi yang, menurutnya, di bawah 50 persen, faktor silent majority dianggap menentukan siapa yang bakal jadi Presiden Indonesia mendatang.
“Kalau tidak hati-hati. Faktor ini bisa menentukan hasil pilpres nanti,” kata Amien.
Pembicara lain yang juga pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa politik tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ihwal itu, Yusril mengingatkan umat Islam ikut serta dan aktif menyikapi kondisi perpolitikan kekinian.
“Umat Islam tidak boleh pasif. Memisahkan Islam sama dengan memisahkan gula dengan manisnya,” kata Yusril.
Oleh sebab itu, Yusril berharap dengan pelaksanaan KUI 2018 dapat menelurkan pemikiran-pemikiran yang bijak terkait politik dan Islam.
Ketua Panitia Kongres Umat Islam Sumatera Utara Masri Sitanggang mengatakan kongres yang menghadirkan Amien Rais itu membahas persoalan ukhuwah, ekonomi, dan politik.