Gaduh Mudik Rizieq Shihab dan Belah Suara Alumni 212
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Widiarsi Agustina
Kamis, 22 Februari 2018 11:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Rizieq Shihab pulang ke tanah air yang akhirnya dibatalkan menjadi sorotan banyak kalangan. Media terlihat gaduh memberitakan rencana kepulangan juga penyambutan Rizieq oleh Alumni 212 di Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Rabu 21 Februari 2018.
Dalam voice call yang diperdengarkan di Masjid Baitul Amal Cengkareng, Jakarta Barat, Rizieq mengaku belum mendapatkan petunjuk untuk pulang ke Indonesia meski mengaku sangat berharap bisa pulang. Ia meminta doa untuk dirinya dan keluarganya.
BACA: Alumni 212 Ini Sebut Anies Baswedan Seperti Kacang Lupa Kulit
"Walaupun saya senantiasa beritikad sekeluarga untuk pulang pada hari ini, untuk jaga-jaga jika di menit terakhir bisyarah sekeluarga bisa segera pulang, namun sampai saat ini saya belum mendapatkan bisyarah yang bagus, apalagi bisyarah yang menggembirakan," kata Rizieq.
Batalnya rencana Rizieq semakin memperlihatkan terbelahnya alumni 212. Presidium Alumni 212 Aminuddin menuntut Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) meminta maaf kepada umat yang yang sempat datang ke Bandara untuk menjemput Rizieq Shihab. Aminuddin menyebut, persaudaraan alumni sudah membentuk panitia penyambutan dan harus bertanggung jawab atas pembatalan. Termasuk menjelaskan alasan kenapa Rizieq batal pulang. “Terlebih kepada yang datang dari berbagai penjuru luar kota," ujar Aminuddin.
BACA: Rizieq Shihab Batal Pulang, PA 212 Dituntut Minta Maaf
Menurut Aminuddin, PA 212 terlalu terburu-buru mengumumkan kepulangan Rizieq, sehingga membuat massa yang sudah hadir menjemput harus gigit jari. Mereka, kata Aminuddin, juga harus berjanji tidak lagi menjadikan figur Rizieq sebagai objek spekulasi yang bisa merusak kepercayaan umat. “PA 212 juga harus melaporkan secara transparan penggunaan sumbangan dana umat/penyumbang," kata dia.
Sejak awal isu beredar, Presidium Alumni 212 sudah membantah kabar kepulangan Rizieq Shihab pada 21 Februari 2018. Kabar tersebut bahkan dianggap sebagai modus opini penyesatan yang bertujuan unuk menciptakan kegaduhan."Berpotensi menimbulkan kebohongan publik," kata juru bicara Presidium Alumni 212.
Kelompok Alumni 212 -- sebuah kelompok yang terlibat dalam gerakan aksi 2 Desember 2016 atau dikenal dengan aksi 212-- kini terbelah jadi dua kubu karena soal pergantian nama. Keduanya, sama-sama berebut restu Rizieq Shihab.
BACA: Alumni 212 Terbelah Gara-gara Nama Presidium dan Persaudaraan
Satu kubu alumni menyatakan tdak sepakat ada pergantian nama dari Presidium Alumni 212 menjadi Persaudaraan Alumni 212. Eggi Sudjana, salah satu tokoh menegaskan hanya Persaudaraan Alumni 212 yang legal dan mendapat restu dari Rizieq Shihab. Kubu ini dibawah kepempinan Slamet Maarif. Ada pun kubu lainnya tetap menginginkan nama Presidium Alumni 212 dengan Umar Al Hamid juga ditetapkan sebagai Ketua Umum dan Hasri Harahap sebagai Sekretaris Jenderal.
Perbedaan sikap di antara Alumni 212 ini memang sudah beberapa kali terjadi. Massa aksi 212 ini sebelumnya juga berbeda sikap soal pembentukan Garda 212. Garda itu dibentuk untuk memberi akses kepada alumni 212 agar bisa terjun menjadi calon anggota legislatif. Garda 212 dimotori oleh Ansufri Idrus Sambo, tokoh yang ikut hadir dalam rapat besar PA 212 kubu Umar Al Hamid.
DEWI NURITA