Buya Hamka dan Penolakan Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 17 Februari 2018 11:08 WIB

Mukti Ali (kanan) bersama Hamka. TEMPO/ ED ZOELVERDI

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat 110 tahun yang lalu, pada 17 Februari 1908, Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka lahir di Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Hingga kini, kehadirannya telah memberikan kontribusi yang besar di Indonesia, terutama di bidang sastra dan keagamaan.

Sebagai sastrawan dan penulis, Hamka dikenal dengan berbagai tulisannya. Sejumlah karyanya yang dikenal hingga kini antara lain Tafsir Al Azhar, Di Bawah Lindungan Kabah, dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.

Novel Tenggalamnya Kapal Van der Wijck adalah salah satu karyanya yang fonemenal juga kontroversial. Ia mendapat sambutan hangat sejak pertama kali kisah itu diterbitkan sebagai cerita bersambung pada majalah Pedoman Masjarakat pada 1938. Cerita roman mengenai tradisi adat Minangkabau ini pun akhirnya diterbitkan menjadi novel.

Baca: Syafruddin dan Buya Hamka Pahlawan Nasional

Hamka yang dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah pun mendapat beragam respon dengan terbitnya novel roman tersebut. Ia pernah menerima surat dari seorang pemuda yang mengungkapkan kesannya pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pemuda itu mengaku telah membaca karya itu berulang-ulang. “Seakan-akan Tuan menceritakan nasibku sendiri,” demikian tulis pemuda itu seperti dikutip dari Majalah Tempo Edisi 15 Oktober 2007.

Advertising
Advertising

Banyak lagi surat dan telegram senada yang dialamatkan kepada Hamka. Maklum saja, penggemarnya banyak.

Yunan Nasution, kolega Hamka di Pedoman, mempunyai kisah tentang cerita bersambung itu. Setiap Rabu malam, saat terbitnya mingguan itu, di stasiun Kutaraja (Banda Aceh) banyak orang menunggu. Bukan hanya para agen penjual majalah, ratusan pembaca yang sudah tak sabar menanti kelanjutan Van Der Wijck turut menanti.

Cerita itu sebenarnya diilhami peristiwa nyata kapal Van Der Wijck. Kapal yang berlayar dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Tanjung Priok, Jakarta, itu tenggelam di Laut Jawa, timur laut Semarang, pada 21 Oktober 1936.

Baca: Menikmati Panorama Danau Maninjau 360 Derajat dari Ketinggian

Novel itu berkisah tentang Zainuddin, yang gagal mempersunting Hayati karena perbedaan suku dan strata sosial. Zainuddin, yang berdarah campuran Minang-Bugis, dianggap tak pantas mengawini Hayati, orang Minang tulen keturunan pemuka suku di Batipuh, Padangpanjang, di negeri Minangkabau. Zainuddin berusaha mendobrak adat feodal saat itu.

Hamka juga melukiskan denyut perubahan di perkotaan Minangkabau. Perempuan tak lagi mengenakan baju adat yang tertutup rapat melainkan berpakaian modern ala gadis Eropa. Kaum lelaki mulai gemar menghamburkan uang di meja judi, seperti tokoh Aziz dalam buku itu.

Dalam sastra modern Indonesia, Hamka memang diakui sebagai penulis produktif. Ia telah membukukan sekitar 118 tulisan mencakup bidang agama, filsafat, dan sastra. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan novel monumentalnya, selain Di Bawah Lindungan Ka’bah.

Meski sempat dituduh sebagai hasil plagiat, novel itu telah mencuatkan namanya, tak hanya di Indonesia, tapi juga sampai Malaysia. Di Indonesia Van Der Wijck dicetak 14 kali, dan di Malaysia dicetak 9 kali.

Hanya, posisi Hamka sebagai ulama sekaligus pengarang roman sempat dibuat repot. Sejumlah pembaca muslim ada yang menolak Van Der Wijck karena menurut mereka, seorang ulama tak pantas menulis roman percintaan. Hamka pun pernah dijuluki kiai cabul.

Hamka membela diri lewat tulisan di Pedoman Masyarakat No. 4 bertarikh 1938. Ia menyatakan, tak sedikit roman yang berpengaruh positif terhadap pembacanya. Ketua Majelis Ulama Indonesia pertama ini merujuk pada roman 1920-an dan 1930-an yang mengupas adat kolot, pergaulan bebas, kawin paksa, poligami, dan bahaya pembedaan kelas.

Buya Hamka meninggal pada 24 Juli 1981 setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir. Pada 2011, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional padanya. Namanya juga diabadikan menjadi nama perguruan tinggi Islan milik Muhammadiyah.

Berita terkait

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

6 hari lalu

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

16 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

16 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

17 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

28 hari lalu

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?

Baca Selengkapnya

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

36 hari lalu

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?

Baca Selengkapnya

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

49 hari lalu

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?

Baca Selengkapnya

Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

1 Desember 2023

Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

Lafran Pane merupakan pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Film Lafran tayang pada Februari 2024. Berikut biografinya.

Baca Selengkapnya