Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

image-gnews
Lafran Pane. wikipedia.com
Lafran Pane. wikipedia.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lafran Pane dikenal sebagai pendiri sekaligus ketua pertama organisasi mahasiswa bernama Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. Lafran Pane mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 dan menjadi pahlawan nasional pada 2017 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. 

Pada 2020, biografi dan kisah Lafran Pane akan diangkat ke layar lebar dan memulai proses produksinya saat pertengahan pandemi. Film yang direncanakan berjudul Lafran ini digarap Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI) dan Reborn Initiatives selaku rumah produksi yang akhirnya memutuskan pasca-produksi dari film tersebut pada 2020. 

Dikutip dari Antara, KAHMI dan Reborn melihat bahwa tahun 2024 menjadi momentum yang tepat untuk merilis film akan dibintangi oleh Dimas Anggara, Lala Karmela dan juga aktor senior Mathias Muchus.

Film Lafran. Facebook

Biografi Lafran Pane

Lafran Pane lahir pada 5 Februari 1922 di Kampung Pangurabaan, Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Lafran lahir dari keluarga penulis dan aktivis.

Dilansir dari Jurnal UIN Sunan Gunung Djati, Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Hal tersebut diungkapkan oleh Dra. Tetty Sari, putri bungsu Lafran Pane yang didampingi abangnya Ir. M. Iqbal Pane dan bu Lafran Pane pada 25 Januari 1991 ketika jenazah almarhum Lafran Pane akan dimakamkan. 

Peristiwa tersebut disaksikan oleh Akbar tanjung (mantan ketua DPR RI), Drs. Musa Ahmad (mantan ketua umum HMI Komisariat FKSS IKIP Yogya), Agussalim Sitompul (mantan ketua umum HMI Cabang Yogya), dan beberapa orang anggota HMI lainnya. 

Ayahnya bernama Sutan Pangurabaan Pane, seorang jurnalis dan sastrawan, pendiri dan pemimpin Surat Kabar Sipirok-Pardomuan. Selain itu, Sutan Pangurabaan juga dikenal sebagai seorang guru dan pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sementara itu, dua kakak Lafran, Sanusi Pane dan Armijn Pane adalah sastrawan terkenal. Jejak karya dua tokoh tersebut bisa kita lacak dengan mudah di toko buku, perpustakaan, atau internet. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai anak dari tokoh Muhammadiyah, Lafran memulai pendidikan di Pesantren Muhammadiyah Sipirok. Lafran kerap berpindah-pindah sekolah hingga tingkat menengah. Akhirnya, Lafran Pane meneruskan sekolahnya di kelas tujuh di HIS Muhammadiyah, kemudian melanjutkan sekolahnya di Sekolah Tinggi Islam. Sebelum lulus dari STI, Lafran berpindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada April 1948 yang sekarang masuk ke Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Lalu, Lafran Pane mensosialisasikan gagasan keislaman dan keIndonesiannya. Pada Kongres Muslim Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Jogjakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia. Dalam tulisan tersebut, lafran membagi masyarakat islam menjadi 4 kelompok, pertama, golongan awam yaitu mereka yang mengamalkan ajaran Islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan seperti upacara kawin, mati dan selamatan. 

Kedua, golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang ingin agama Islam dipraktekan sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga, golongan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh mistik. Pengaruh mistik ini menyebabkan mereka berpandangan bahwa hidup hanyalah untuk akhirat saja. Mereka tidak begitu memikirkan lagi kehidupan dunia (ekonomi, politik, pendidikan). 

Sedangkan, golongan keempat yakni golongan kecil yang mecoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, supaya agama itu benar-benar dapat dipraktekan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.

Lafran Pane wafat pada 25 Januari 1991 di Yogyakarta. Sedangkan, HMI yang diprakarsainya tetap hidup hingga saat ini. Selain sibuk berorganisasi, Lafran Pane juga meninggalkan 9 buku dan karya ilmiah. Lafran Pane juga ikut mendirikan PERSAMI (Persatuan Sarjana Muslim Indonesia) pada tahun 1964. Pemikiran Lafran Pane tertuang dalam tulisan-tulisan Lafran Pane, dan pengaruh pemikirannya dibuktikan dengan mendirikan HMI.

Lafran Pane yang kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional dikenal sebagai salah satu pendiri HMI pada 5 Februari 1947 yang ditetapkan lewat kongres XI HMI di Bogor pada 1974. Perihal perannya dalam HMI, Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemerkarsanya dan disebut sebagai pendiri HMI. Lafran Pane mempunyai tekad yang kuat dan Intelektual Muslim Indonesia sebagai manusia yang berdiri di barisan teredepan dalam membela Negara Republik Indonesia. 

Pilihan Editor: Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

1 hari lalu

Pemantauan UTBK SNBT 2024 di UGM Yogyakarta Jumat 3 Mei 2024. Dok.istimewa
Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UGM diikuti sebanyak 18.726 peserta.


Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

1 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.


Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

Mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut transparansi biaya pendidikan dan penetapan uang kuliah tunggal (UKT).


Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

2 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, UGM telah membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis.


3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

2 hari lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

2 hari lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Lulus Spesialis Dokter UGM di Usia 27 Tahun, Aulia Ayub Ungkap Kiatnya

2 hari lalu

Aulia Ayub, lulusan termuda dan tercepat Program Spesialis UGM. ugm.ac.id
Lulus Spesialis Dokter UGM di Usia 27 Tahun, Aulia Ayub Ungkap Kiatnya

Aulia Ayub mengungkapkan kiatnya sebagai lulusan termuda dan tercepat dari Program Spesialis UGM dengan IPK 4,00.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

2 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.