PBNU Sebut 2 Hal yang Mendistorsi Kebebasan Hak Pilih di Pilkada

Jumat, 9 Februari 2018 06:38 WIB

Ketua Penguru Besar Nahdlatul Ulama Bidang Hukum Robikin Emhas di Hotel Acacia, Kramat Raya, Jakarta Pusat, 7 Agustus 2017. TEMPO/Irsyan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Hukum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mengatakan, kebebasan para pemilih dalam pemilihan kepala daerah sering terdistorsi oleh dua hal, yaitu bekerja dengan kekuatan modal dan politik identitas.

"Kemerdekaan untuk memilih menjadi berkurang, bahkan terintimidatif, melepaskan hak demokratis karena rasa takut. Padahal, konstitusi menjamin setiap warga negara bebas dari rasa takut," kata Robikin dalam diskusi Setara Institute di AOne Hotel, Jakarta Pusat pada Kamis, 8 Februari 2018.

Baca: Setelah Pilkada Rasa Sara dan Politik Identitas

Robikin mengatakan, bekerja dengan kekuatan modal biasanya ditandai dengan politik pencitraan. Seseorang yang memiliki modal besar dan sebelumnya bukan siapa-siapa, kata dia, bisa menjadi sesuatu dalam waktu singkat.

Akibatnya, Robikin menyebutkan terjadi kamuflase dan proses manipulasi. "Karena yang tergambar bukan saja sosok dirinya, tapi pola mem-branding agar tertarik atribut-atribut aktivisial," ujarnya.

Advertising
Advertising

Menurut Robikin, bekerja dengan kekuatan modal juga satu paket dengan politik uang, yang otomatis mengurangi kemerdekaan dan kebebasan pemilih untuk menentukan pilihan politiknya. Sebab, uang bisa mempengaruhi seseorang dalam memilih kepala daerah.

Baca: Bawaslu: 8 Provinsi Rawan Politik Identitas saat Pilkada 2018

Adapun dalam politik identitas, Robikin melihat fenomena itu belakangan terjadi seperti di DKI Jakarta. Sebetulnya, kata dia, politik identitas secara umum merupakan hal positif. Tetapi menjadi negatif lantaran menggunakan sentimen suku, ras, dan agama untuk meraup dukungan.

Politik identitas yang terjadi di DKI Jakarta, menurut Robikin, sangat merusak kohesivitas sosial, persatuan dan kesatuan bangsa, bahkan dapat mengancam keutuhan NKRI. "Karena politik identitas menggunakan SARA lebih lama, maka mimbar keagamaan akan dijadikan panggung politik untuk mengkafirkan kelompok agama yang berbeda dengan dirinya dalam pilihan politik," kata dia.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa ancaman kehidupan sosial dan keutuhan bangsa muncul ketika ada fatwa untuk melarang mensalati jenazah orang yang memilih pemimpin kafir.

Robikin pun menyampaikan bahwa pemilihan kepala daerah hanya proses pergantian setiap lima tahun sekali. Masyarakat, kata dia, harus membedakan dengan memilih pemimpin agama. "Memilih pemimpin politik dalam level tertentu, maka enggak seluruh dogma agama harus berlaku dalam negara bangsa yang berlandas konstitusi," ujarnya.

Berita terkait

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

1 jam lalu

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih menyarankan agar rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) ditunda hingga Pilkada selesai.

Baca Selengkapnya

Tito Karnavian Pastikan Pilkada Serentak Digelar 27 November 2024

17 jam lalu

Tito Karnavian Pastikan Pilkada Serentak Digelar 27 November 2024

Mendagri Tito Karnavian mengatakan sebelumnya memang ada wacana yang muncul untuk mempercepat pelaksanaan Pilkada.

Baca Selengkapnya

Muhaimin Sebut 2 Kader Golkar Ini Daftar di PKB untuk Pilkada 2024

18 jam lalu

Muhaimin Sebut 2 Kader Golkar Ini Daftar di PKB untuk Pilkada 2024

Dua kader Golkar ini melamar jadi calon gubernur Banten dan Jakarta lewat PKB. Muhaimin Iskandar sebut belum jamin akan berkoalisi.

Baca Selengkapnya

12 Nama Daftar Pilkada Solo Lewat PDIP, dari Kader Partai hingga Pedagang Baut

23 jam lalu

12 Nama Daftar Pilkada Solo Lewat PDIP, dari Kader Partai hingga Pedagang Baut

PDIP telah membuka pendaftaran dan penyaringan bakal calon wali kota dan wakil wali kota Solo. Sebanyak 12 orang telah mendaftar.

Baca Selengkapnya

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

1 hari lalu

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

Politikus sejumlah partai politik angkat bicara soal cawagub pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Siapa orangnya?

Baca Selengkapnya

Golkar Depok Umumkan Dokter Ririn Farabi A Rafiq Maju di Pilkada 2024

1 hari lalu

Golkar Depok Umumkan Dokter Ririn Farabi A Rafiq Maju di Pilkada 2024

Ririn dianggap tokoh milenial muda yang dapat mewakili gender yang menjadi jumlah pemilih dominan di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

1 hari lalu

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

PDIP Surabaya mengusulkan wali kota - wakil wali kota inkumben Eri Cahyadi-Armuji maju ke Pilkada Kota Surabaya 2024.

Baca Selengkapnya

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

2 hari lalu

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

Partai Demokrat bakal mengusung sejumlah kader muda di Pilkada Jakarta. Mengincar kursi Wakil Gubernur

Baca Selengkapnya

Respons Ketua DPW PSI Jawa Tengah soal Mosi Tidak Percaya dari 25 DPD

2 hari lalu

Respons Ketua DPW PSI Jawa Tengah soal Mosi Tidak Percaya dari 25 DPD

Disebutkan 25 DPD PSI di Jawa Tengah melayangkan mosi tidak percaya kepada DPW PSI Jawa Tengah. Begini respons ketua DPW PSI.

Baca Selengkapnya

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

3 hari lalu

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

Sejumlah nama bakal calon gubernur di Pilkada 2024 sudah mulai bermunculan, termasuk 4 wajah lama ini. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya