Guru yang Tewas Seusai Dipukul Muridnya, Seniman Multitalenta
Reporter
Musthofa Bisri (Kontributor)
Editor
Rina Widiastuti
Minggu, 4 Februari 2018 07:17 WIB
TEMPO.CO, Sampang - Ahmat Budi Cahyono, 26 tahun, guru kesenian di SMA Negeri 1 Torjun Kabupaten Sampang, Jawa Timur yang tewas setelah dipukul muridnya di sekolah merupakan seniman serba bisa. Selain seorang pelukis, dia juga piawai bermusik.
Bersama lima temannya, Budi membentuk band bernama Dadu Aocustica. Band yang kerap manggung di acara pernikahan ini dibentuk pada 2015. Budi memainkan biola, sesekali jadi vokalis bila sedang membawakan lagu dari grup band favoritnya Guns N Roses.
Baca: Siswa SMA di Sampang Menganiaya Guru hingga Tewas
Bakat melukis Budi ‘warisan’ dari sang ayah Satuman Ashari, perupa kenamaan di Kabupaten Sampang. Ia kemudian memperdalam ilmu melukisanya dengan kuliah di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya. Bersama sang ayah, Budi aktif di Komunitas Perupa Sampang (KPS).
“Kalau di dunia lukis, mas Budi ini aliran surealis,” kata Kamal, rekan Budi di KPS, Sabtu, 3 Februari 2018.
Karya lukis Budi pun sudah sering ikut pameran. Kata Kamal, pada 2007 silam Budi dan ayahnya pernah menggelar pameran lukis di Gedung Kesenian Sampang. Rencananya, Maret mendatang, Budi bakal menggelar pameran bersama gurunya yang juga Ketua Dewan Kesenian.
Baca: Begini Rekonstruksi Siswa di Sampang yang Menganiaya Gurunya
Kamal sendiri mengaku masih tak percaya Budi meninggal. Terakhir, sepekan yang lalu dirinya dan bumi serta rekan perupa lain masih kongkow bersama. Saat itu Budi masih sempat memperdengarkan sebuah lagu yang sedang dibuatnya.
“Dia seniman yang lengkap, melukis bagus, bermusik apalagi, piawai main gitar, juga seorang violis,” tutur dia.
Para perupa Sampang akan menggelar malam seribu lilin untuk mengenang Budi. Guru kesenian itu meninggalkan istri yang tengah hamil 5 bulan.
Sementara itu, penyidik Kepolisian Resor Sampang telah menetapkan MH, siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sampang sebagai tersangka tewasnya Budi. MH dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiyaan yang menyebabkan kematian, ancamannya 7 tahun penjara.
Nahas yang menimpa Budi terjadi saat dia tengah mengajar melukis mural di taman sekolah, Kamis, 1 Februari 2018. Saat itu MH usil terhadap teman-temannya yang sedang melukis. Budi pun menegur MH namun tak digubris, dia pun meminta MH tidak mengikuti kelasnya.
Rupanya MH tak terima dengan sanksi itu, MH pun memukul tengkuk sang guru. Si guru terjatuh. Kepala sekolah pun didamaikan keduanya. Setelah itu Budi pun pulang dan langsung tidur. Sorenya, saat terbangun, Budi merasakan sakit luar biasa di kepala yang disertai muntah-muntah.
Ketika itu, Budi menceritakan semua yang dialaminya di sekolah termasuk pemukulan oleh muridnya kepada keluarganya. Tak lama Budi pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya. Malam hari, sekitar pukul sembilan malam, Budi meninggal. Dokter mendiagnosa Budi mengalami mati batang otak.
Jenazah Budi dimakamkan menjelang salat jumat, 2 Februari 2018. Ribuan orang mengantar jenazah Budi ke tempat peristirahatan terakhirnya.