Tak Usung Kader PDIP Jadi Cagub, Pengamat: Langkah Megawati Tepat

Reporter

Dewi Nurita

Selasa, 19 Desember 2017 14:53 WIB

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) setelah menyerahkan surat rekomendasi kepada pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDIP di kantor DPP PDIP, Jakarta, 17 Desember 2017. Tempo/Ilham Fikri

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri telah mendeklarasikan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk empat provinsi yang akan bertarung dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2018. Empat provinsi itu adalah Riau, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku. Menariknya, dari empat calon gubernur yang diusung, tak satu pun yang merupakan kader internal partai.

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC) Djayadi Hanan menilai keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak mengusung kadernya di empat pilkada tersebut merupakan langkah yang tepat. Menurut dia, Megawati memang harus membuat keputusan berdasarkan pertimbangan dan peluang politik yang berbeda-beda di setiap wilayah atau daerah pemilihan.

Baca: Megawati Umumkan Kepala Daerah Empat Provinsi untuk Pilkada 2018

“Jika melihat peta politik, PDIP bukan partai pemenang di empat wilayah tersebut. Jadi wajar jika PDIP mempertimbangkan untuk mengusung kader partai lain yang lebih potensial sebagai cagub, kemudian memilih cawagubnya dari kader,” kata Djayadi saat dihubungi Tempo pada Selasa, 19 Desember 2017.

Dalam pilkada Sulawesi Tenggara, PDIP mengusung pasangan Asrun-Hugua. Hugua adalah kader PDIP yang kini menjabat Bupati Wakatobi. Untuk pilkada Riau, PDIP mengusung calon inkumben Arsyadjuliandi Rachman yang berpasangan dengan kader PDIP, Suyatno. Dalam pilkada Maluku, ada Inspektur Jenderal Murad Ismail yang berpasangan dengan Barnabas Orno. Barnabas adalah kader PDIP yang kini menjabat Bupati Maluku Barat Daya. Terakhir untuk pilkada Nusa Tenggara Timur (NTT), PDIP mengusung pasangan Marianus Sae dengan kader PDIP, Emilia J. Nomleni.

Advertising
Advertising

Baca: Diusung PDIP, Komandan Brimob Polri Siap Mundur dari Jabatan

Di empat wilayah tersebut, menurut Djayadi, PDIP tidak memiliki kader yang elektabilitas dan popularitasnya lebih tinggi dibanding calon-calon yang diusung partai pemenang. “Jadi tepat kalau PDIP memilih berkoalisi,” ucapnya.

Djayadi berujar, dari empat pasangan tersebut, pasangan Asrun-Hugua di Sulawesi Tenggara dan Arsyadjuliandi Rachman-Suyatno berpeluang cukup besar memenangi pilkada serentak 2018. Sedangkan di dua wilayah lain, menurut Djayadi, calon yang diusung PDIP masih memiliki peluang untuk menang tapi cukup berat karena harus menghadapi pesaing calon inkumben dan partai pemenang. “Di Maluku itu saingannya calon inkumben, sementara di NTT itu partai pemenang Golkar mengusung calon kuat lain,” tuturnya.

Adapun di empat provinsi itu, PDIP memang tidak dapat mengusung calon gubernur sendiri alias harus berkoalisi. Sebagaimana diketahui, syarat menjadi calon gubernur berdasarkan Undang-Undang Pilkada Nomor 10 Tahun 2016 adalah harus didukung partai atau gabungan partai politik dengan mensyaratkan 20 persen dari jumlah kursi DPRD atau 25 persen suara sah di pemilu legislatif. Di Riau, PDIP memiliki 9 kursi, di Sulawesi Tenggara 5 kursi, di Maluku 7 kursi. Sedangkan di NTT PDIP memiliki 10 kursi.

Berita terkait

Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

18 menit lalu

Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

Sejumlah pakar menilai pembentukan presidential club oleh Prabowo Subianto sulit terbentuk mengingat hubungan antara Megawati, SBY, dan Jokowi.

Baca Selengkapnya

Ragam Reaksi terhadap Deklarasi Ganjar Jadi Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran

15 jam lalu

Ragam Reaksi terhadap Deklarasi Ganjar Jadi Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Pakar politik menilai deklarasi Ganjar yang akan jadi oposisi pemerintahan Prabowo-Gibran bisa saja mewakili sikap PDIP.

Baca Selengkapnya

Beda Pendapat Ketum Projo dan Gibran soal Wacana Jokowi Bertemu Mega

19 hari lalu

Beda Pendapat Ketum Projo dan Gibran soal Wacana Jokowi Bertemu Mega

Gibran berharap masih ada peluang untuk pertemuan Jokowi dan Megawati. Sementara Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi meragukan pertemuan tersebut.

Baca Selengkapnya

Amicus Curiae Megawati, Gibran Belum Tahu hingga Dianggap Tak Tepat oleh Otto Hasibuan

20 hari lalu

Amicus Curiae Megawati, Gibran Belum Tahu hingga Dianggap Tak Tepat oleh Otto Hasibuan

Megawati Soekarnoputri menyerahkan surat Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan ke Gedung MK pada Selasa, 16 April 2024

Baca Selengkapnya

Kirim Surat Amicus Curiae ke MK, Megawati Menyitir Ucapan RA Kartini

21 hari lalu

Kirim Surat Amicus Curiae ke MK, Megawati Menyitir Ucapan RA Kartini

Megawati mengirimkan surat Amicus Curiae ke MK. Bertuliskan tangan, Mega menyitir perkataan RA Kartini. Begini isinya.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Prabowo Bisa Redam Tensi setelah Pemilu 2024, Apa Alasannya?

21 hari lalu

Pengamat Sebut Prabowo Bisa Redam Tensi setelah Pemilu 2024, Apa Alasannya?

Prabowo Subianto dinilai bisa melakukan rekonsiliasi dengan Megawati Soekarnoputri.

Baca Selengkapnya

Soal Peluang Jokowi Bertemu Megawati, Para Pengamat Politik Bilang Begini

23 hari lalu

Soal Peluang Jokowi Bertemu Megawati, Para Pengamat Politik Bilang Begini

Rencana Jokowi bertemu Megawati Soekarnoputri mendapat tanggapan dari para pengamat politik. Apa pendapat mereka?

Baca Selengkapnya

Reaksi Relawan Jokowi Balas Hasto PDIP soal Halangan Bertemu Megawati

24 hari lalu

Reaksi Relawan Jokowi Balas Hasto PDIP soal Halangan Bertemu Megawati

Sejumlah relawan Jokowi membalas pernyataan Hasto PDIP yang menyebut Jokowi harus menemui anak ranting sebelum ke Megawati.

Baca Selengkapnya

4 Poin Deddy Sitorus soal Rencana Jokowi Bertemu Megawati: Gimik Politik Murahan hingga Temui Anak Ranting PDIP

24 hari lalu

4 Poin Deddy Sitorus soal Rencana Jokowi Bertemu Megawati: Gimik Politik Murahan hingga Temui Anak Ranting PDIP

Deddy Sitorus PDIP menyebut rencana Jokowi bertemu Megawati itu hanyalah gimik politik murahan. Dia juga membandingkan Jokowi dengan SBY.

Baca Selengkapnya

Politikus PDIP Sebut Jokowi Harus Temui Pengurus Anak Ranting Sebelum Megawati

24 hari lalu

Politikus PDIP Sebut Jokowi Harus Temui Pengurus Anak Ranting Sebelum Megawati

"Jokowi tanpa anak ranting PDIP tidak mungkin bisa seperti yang sekarang," kata dia.

Baca Selengkapnya