Kasus Nur Alam, Saksi Ini Mengaku Tak Terima Permohonan Izin

Senin, 18 Desember 2017 19:54 WIB

Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Nur Alam (tengah) mengenakan rompi tahanan usai diperiksa selama di Gedung KPK, Jakarta, 5 Juli 2017. Nur Alam resmi ditahan KPK usai diperiksa selama tujuh jam lebih terkait kasus dugaan korupsi penyalahgunaan kewenangan dalam persetujuan dan penerbitan izin usaha pertambangan di Sultra 2008-2014 di sektor sumber daya alam. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu saksi untuk pemeriksaan terdakwa Nur Alam, Muhammad Hakku Wahab, mengaku tak menerima surat permohonan pencadangan wilayah pertambangan dari perusahaan nikel PT Anugerah Harisma Barakah pada November 2008. Karena itu, permohonan tersebut kemudian langsung diajukan kepada Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, dengan tembusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Waktu itu karena penyerahan perizinan belum diserahkan pada Dinas ESDM, maka permohonan itu diajukan pada gubernur dengan tembusan kantor ESDM. Tapi saya tidak pernah menerima tembusan permohonan tersebut," kata Hakku di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat, Senin, 18 Desember 2017.

Baca: Nur Alam Jalani Sidang Pemeriksaan Saksi Hari Ini

Saat itu, Hakku menjabat sebagai Kepala Dinas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara. Hakku juga mengaku tak mengetahui adanya izin usaha pertambangan (IUP) eksplorasi yang dikeluarkan untuk PT Anugerah Harisma Barakah. Surat izin itu diajukan pada Juli 2009. Hakku mengaku tak tahu-menahu lantaran saat itu sedang ada di Medan.

Ia baru mendapat informasi bahwa IUP eksplorasi telah diberikan kepada perusahaan terkait pada Januari 2010. Informasi itu diperoleh dari Kepala Bidang Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara saat itu, Burhanuddin.

Adapun syarat dikeluarkannya IUP eksplorasi adalah mendapat rekomendasi dari kabupaten yang diajukan perusahaan. Hakku berujar izin kabupaten diperlukan. "Karena ini lintas maka harus ada rekomendasi dari kabupaten wilayah yang dimohon," ujar Hakku.

Baca: 3 Poin Keberatan Nur Alam atas Dakwaan KPK

Advertising
Advertising

Sebelum memberikan IUP eksplorasi, perusahaan perlu memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1603/K/40/MEM/2003 Tentang Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1453/K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pertambangan Umum.

Syarat yang harus dipenuhi, yakni ada surat permohonan pencandangan wilayah pertambangan, peta wilayah, akte pendirian perusahaan, tanda bukti penyetoran, dan laporan keuangan perusahaan.

"Syarat itu tidak pernah saya terima. Burhanuddin katakan semua syarat lengkap," kata Hakku.

Nur Alam diduga terlibat dalam kasus korupsi penyalahgunaan kewenangan untuk penerbitan IUP PT Anugrah Harisma Barakah (AHB) di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, pada 2014 lalu.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Nur Alam sebagai tersangka pada Agustus 2016. Pada Rabu, 5 Juli 2017, Gubernur Sulawesi Tenggara itu resmi ditahan setelah menjalani pemeriksaan sekitar tujuh jam di gedung KPK.

Berita terkait

Kasus Suap Lukas Enembe, Jaksa KPK Tuntut Bekas Kepala Dinas PUPR Papua 7 Tahun Penjara

59 hari lalu

Kasus Suap Lukas Enembe, Jaksa KPK Tuntut Bekas Kepala Dinas PUPR Papua 7 Tahun Penjara

Kadis PUPR Papua Gerius One Yoman telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus suap Gubernur Papua Lukas Enembe.

Baca Selengkapnya

Kasus Dugaan Korupsi Gubernur Maluku Utara, KPK Jadwalkan Pemanggilan 2 Anggota TNI Hari Ini

59 hari lalu

Kasus Dugaan Korupsi Gubernur Maluku Utara, KPK Jadwalkan Pemanggilan 2 Anggota TNI Hari Ini

Kedua anggota TNI yang akan diperiksa KPK pada hari ini adalah ajudan Gubernur Maluku Utara nonaktif Abdul Gani Kasuba.

Baca Selengkapnya

Didesak Segera Tahan Firli Bahuri, Ini Respons Polri

1 Maret 2024

Didesak Segera Tahan Firli Bahuri, Ini Respons Polri

Berkas perkara Firli Bahuri dikembalikan lagi oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta pada 2 Februari lalu karena belum lengkap.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Pertemuan Dadan Tri Yudianto dengan Hasbi Hasan, Berawal dari Video Call Sang Istri

28 Februari 2024

Cerita Awal Pertemuan Dadan Tri Yudianto dengan Hasbi Hasan, Berawal dari Video Call Sang Istri

Dalam sidang kasus suap di Pengadilan Tipikor, Dadan Tri Yudianto beri kesaksian perkenalannya dengan sekretaris MA Hasbi Hasan.

Baca Selengkapnya

Hakim Kabulkan Praperadilan Helmut Hermawan, Tersangka di Kasus Dugaan Suap Eddy Hiariej

27 Februari 2024

Hakim Kabulkan Praperadilan Helmut Hermawan, Tersangka di Kasus Dugaan Suap Eddy Hiariej

Hakim menilai KPK tidak memiliki dua alat bukti yang sah saat menetapkan Helmut Hermawan sebagai tersangka kasus dugaan suap kepada Eddy Hiariej.

Baca Selengkapnya

Hakim Tunggal PN Jaksel Tolak Gugatan MAKI, Ini Kilas Balik Jejak Perburuan Harun Masiku

22 Februari 2024

Hakim Tunggal PN Jaksel Tolak Gugatan MAKI, Ini Kilas Balik Jejak Perburuan Harun Masiku

Harun Masiku didakwa dalam kasus suap pada 2021 dan menjadi buron sampai kini. Gugatan praperadilan MAKI soal itu ditolak hakim tunggal PN Jaksel

Baca Selengkapnya

Ketua PN Muara Enim Akui Setor Rp 100 Juta ke Ajudan Hasbi Hasan, JPU Ungkit Perbedaan dengan BAP

21 Februari 2024

Ketua PN Muara Enim Akui Setor Rp 100 Juta ke Ajudan Hasbi Hasan, JPU Ungkit Perbedaan dengan BAP

Dalam sidang, JPU juga mengkonfirmasi hubungan Ketua PN Muara Enim Yudi Noviandri dan Sekretaris MA Hasbi Hasan.

Baca Selengkapnya

Tersangka Pemberi Suap Gubernur Maluku Utara Segera Disidangkan di Pengadilan Tipikor

17 Februari 2024

Tersangka Pemberi Suap Gubernur Maluku Utara Segera Disidangkan di Pengadilan Tipikor

Ada 4 tersangka pemberi suap terhadap Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba yang akan segera dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor.

Baca Selengkapnya

Jaksa Tuntut Dadan Tri Yudianto 11 Tahun dan 5 Penjara di Kasus Suap Sekretaris MA

13 Februari 2024

Jaksa Tuntut Dadan Tri Yudianto 11 Tahun dan 5 Penjara di Kasus Suap Sekretaris MA

Dadan Tri Yudianto didakwa dalam kasus menerima suap sebesar Rp 11,2 miliar bersama Sekretaris MA nonaktif Hasbi Hasan.

Baca Selengkapnya

Helmut Hermawan Dirawat di RS Polri, Kuasa Hukum Beri Informasi Berbeda

6 Februari 2024

Helmut Hermawan Dirawat di RS Polri, Kuasa Hukum Beri Informasi Berbeda

Penahanan Helmut Hermawan dibantarkan dan dirawat inap di rumah sakit sejak Kamis malam atas permohonan tersangka kasus suap Eddy Hiariej itu.

Baca Selengkapnya