Agus Harimurti Yudhoyono saat berkunjung ke pos pengungsian Gunung Agung di Gelanggang Olahraga (GOR) Swecapura, Klungkung, 5 Desember 2017. BRAM SETIAWAN
TEMPO.CO, Jakarta - Agus Harimurti Yudhoyono menjadikan generasi milenial yang lahir pada 1980-2000 sebagai basis massa pemilihnya. Jika saat ini saja 35 persen penduduk Indonesia adalah generasi milenial, dikalikan 260 juta penduduk, “Begitu tebal generasi milineal itu," kata Agus dalam wawancara eksklusif dengan Tempo di kantor The Yudhoyono Institute pada Jumat, 8 Desember 2017.
Dengan usia yang masih muda, 39 tahun, Agus membaca peluang untuk dapat lebih mudah menarik perhatian pemilih pemula.
Namun, untuk menggaet generasi milenial yang sudah peka akan dunia politik, Agus menyebut tidak bisa hanya mengandalkan popularitas, tapi juga harus memperkenalkan visi-misi dan pemikirannya. "Itulah juga yang menjadi alasan saya berkeliling Indonesia.” Melalui safari itu, ia ingin memaparkan pikirannya.
Selain gencar menemui tokoh-tokoh politik di berbagai daerah, Agus kerap memberi kuliah umum di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Menurut dia, menjadi pemimpin tidak hanya harus pintar memilih segmen, tapi juga harus mengetahui berbagai kepentingan dari semua generasi. “Saya ingin mendengarkan mereka."
Agus tidak berterus terang jika segala persiapan itu ditujukan untuk pencalonan dirinya pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Dalam berbagai kesempatan, dia menyebut tahun 2019 terlalu dini untuknya. Dia menganalogikannya sebagai strategi militer dalam berpolitik. Mengaku tidak memiliki target pencalonan pada 2019, Agus tetap mempersiapkan diri bertempur kapan pun.
Ia yakin di dalam politik sering ada kejadian luar biasa yang tidak terduga. “Saya hanya mempersiapkan diri. Apakah itu (Pilpres) 2019 atau di waktu yang lain, hanya Tuhan yang tahu,” ujar Agus Harimurti Yudhoyono.