Kampus Ini Teliti Radikalisme di Internet, Hasilnya....

Rabu, 1 November 2017 09:43 WIB

Sejumlah massa yang tergabung dalam Majelis Pembela Tanah Suci, membawa poster dan spanduk saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Republik Iran, Jakarta, 14 Apri 2015. Dalam aksi damai tersebut mereka mengecam dan mendesak Iran untuk menghentikan penyebaran revolusi radikalismenya ke seluruh negara-negara Islam. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta -– Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) meneliti potensi radikalisme dan ekstrimisme di website dan media sosial. Ketua Peneliti PSBPS Yayah Khisbiyah mengatakan, penelitian untuk memahami peran media sosial dalam menyebarkan ideologi radikalisme dan mendukung ekstremisme.

“Sekarang tinggal proses menganalisis, tapi dalam analisis kami meminta masukan,” kata Yayah saat Roundtable Discussion di kantor Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa 31 Oktober 2017. Ia menjelaskan penelitian ini dilatar-belakangi adanya kritik terhadap riset radikalisme dan adanya framing yang menyebutkan Islam sebagai sumber radikalisme.

Yayah menjelaskan terdapat perbedaan antara radikalisme dan ekstrimisme. Radikalisme, kata dia, adalah pendapat dan perilaku yang menyukai perubahan ekstrim terutama di pemerintahan: gagasan dan perilaku politik yang radikal. Sementara ekstrimisme adalah kepercayaan dan dukungan untuk gagasan yang sangat jauh dari apa yang dianggap benar dan beralasan.

BACA:Survei Alvara: 20 Persen Pelajar dan Mahasiswa Rela Berjihad

Penelitian ini mengambil 17 situs web sebagai sampel dalam penelitian. Sebanyak 13 informan terpilih dan 10 pengelola website pun diwawancara untuk penelitian ini. “Ini karena waktu terbatas, apalagi isunya sensitif,” kata Yayah. Beberapa situ organisasi Islam mainstream digunakan seperti web Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Wathan.

Advertising
Advertising

Situs organisasi Islam kontemporer seperti FPUI, Hidayatullah, Dewan Dakwah, MMI, dan MTA juga dijadikan objek penelitian. Selain itu terdapat situs organisasi Islam unaffiliated juga menjadi objek penelitian yang rencananya dirilis pada awal Desember 2017 ini.

BACA:3 Tahun Jokowi-JK, Akademikus Soroti Menguatnya Radikalisme

Anggota tim peneliti, M. Subkhi Ridho, menemukan kecenderungan pengguna media sosial didominasi 60-70 persen laki-laki yang mendukung dan menolak wacana terorsme. Ia menjelaskan kecenderungan motif pembuatan situs adalah keinginan pengguna untuk mengkritisi pemerintah. “Ada juga untuk menghentikan hoax, meskipun banyak yang menghentikan hoax justru menimbulkan hoax,” ujarnya.

Yayah menyatakan keprihatian bahwa media sosial cenderung digunaan untuk menyebarluaskan pandangan radikalisme dan kekerasan ekstremis. “Karena tujuan utk mencapai masyarakat adil mungkin bisa tidak tercapai.Cara kekerasan itu jarang memberi kedamaian yang sustainable,” ujarnya.

Berita terkait

Muhammadiyah Jawab Soal Kursi Menteri Pendidikan di Kabinet Prabowo

17 jam lalu

Muhammadiyah Jawab Soal Kursi Menteri Pendidikan di Kabinet Prabowo

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti buka suara terkait jatah kursi menteri di Kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Apa katanya?

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

23 jam lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

PP Muhammadiyah Tekankan Jamaah soal Jaga Lingkungan Menjelang Ibadah Haji

1 hari lalu

PP Muhammadiyah Tekankan Jamaah soal Jaga Lingkungan Menjelang Ibadah Haji

Ada tiga larangan di Al-Qur'an bagi jamaah saat melaksanakan ibadah haji.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Tegaskan Nikah Beda Agama Tidak Diperbolehkan

1 hari lalu

Muhammadiyah Tegaskan Nikah Beda Agama Tidak Diperbolehkan

Abdul Mu'ti mengimbau masyarakat mematuhi ketentuan dalam kompilasi hukum Islam bahwa nikah beda agama tak diperbolehkan.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Klaim Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo soal Kursi Menteri

1 hari lalu

Muhammadiyah Klaim Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo soal Kursi Menteri

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menanggapi soal jatah kursi menteri di Kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Buka Suara soal Jatah Kursi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

1 hari lalu

Muhammadiyah Buka Suara soal Jatah Kursi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Abdul Mu'ti mengaku pihaknya akan mendegasikan kadernya dengan senang hati apabila Muhammadiyah diberi amanah oleh Prabowo.

Baca Selengkapnya

Survei Pilwalkot Bogor 2024: Elektabilitas Sekpri Iriana Jokowi Buntuti Petahana Dedie A Rachim

5 hari lalu

Survei Pilwalkot Bogor 2024: Elektabilitas Sekpri Iriana Jokowi Buntuti Petahana Dedie A Rachim

Ada sejumlah tokoh yang didagang mau dalam Pilwalkot Bogor 2024, termasuk Sekpri Iriana Jokowi dan eks Wakil Wali Kota Bogor.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

5 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

6 hari lalu

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

Partai Golkar menerapkan aturan ketat bagi para kandidat yang akan diusung sebagai calon kepala daerah dalam kontestasi Pilkada 2024

Baca Selengkapnya

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

7 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya