Buya Syafii Maarif dan Mengapa Politikus Indonesia Kian Agresif
Reporter
Tempo.co
Editor
Widiarsi Agustina
Minggu, 22 Oktober 2017 09:50 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ada pernyataan menarik dalam pidato Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, dalam seminar Bisikan dari Yogya yang digelar di Yogyakarta, Sabtu malam, 21 Oktober 2017. Selain interaksi politik Indonesia yang gaduh dan problematik, Buya Syafii menyoroti mengapa politikus Indonesia saat ini kurang berbudaya dan berpolitik dengan tidak etis.
Menurut Buya Syafii Maarif, literasi yang rendah dan ketiadaan semangat membaca dan memaknai sastra oleh masyarakat negeri ini sedikit-banyak bisa jadi mempengaruhi mengapa politikus Indonesia kurang berbudaya dan berpolitik dengan sikap yang kurang etis.
"Politikus hari ini mungkin lahir dari sekolah yang sunyi dan jauh dari sastra. Makanya dalam perjalanannya politikus itu bersikap liar, agresif, transaksional," kata Buya Syafii.
BACA: Buya Syafii Maarif Soal Pidato Anies Baswedan: Seorang Pemimpin...
Buya Syafii mengatakan agresivitas politik dan tak hadirnya kebijaksanaan dalam kehidupan bangsa ini, tak akan berakhir dalam waktu dekat. Saat ini pendidikan yang menghadirkan budaya, termasuk mengajar rasa dalam sastra kian minim diajarkan di SMA. Baik sekadar membaca dan melakukan kritik sastra, ataupun menulis.
Buya Syafii Maarif berharap bahwa ke depan, masyarakat dapat lebih dekat dengan sastra sebagai seni, agar keindahannya mampu hadir. Guna meningkatkan taraf hidup kolektif, sekaligus menjinakkan politikus bangsa yang kini terlalu liar.
"Itulah sejatinya seni, untuk mengangkat taraf hidup kolektif. Kalau seni hanya bertengger di sudut sepi, termenung, tapi masyarakatnya mati kelaparan, buat apa?" kata Buya Syafii Maarif.
WIDIARSI AGUSTINA
Baca juga: Pak Anies, Pejabat Daerah Tak Bisa Diistimewakan di Jalan