TEMPO.CO, Banyuwangi - Petugas di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung di Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Burhan Alethea mengatakan Gunung Raung mengeluarkan lava pijar setinggi 100 meter pada Minggu malam, 2 Agustus 2015. “Lontaran lava pijar tersebut merupakan yang tertinggi selama ini,” ujarnya kepada Tempo, Senin, 3 Agustus 2015.
Material lava pijar tersebut terlihat secara visual sekitar 30 menit pada pukul 22.50-23.20. Setelah itu, lava pijar tak terlihat lagi dari PPGA Raung karena puncak gunung tertutup kabut.
Baca Juga:
Keluarnya material pijar itu ditandai dengan rapatnya amplitudo gempa tremor yang dominan pada angka 29 milimeter. Kemudian, pada Senin dinihari, 3 Agustus 2015, tremor menerus amplitudo 7-32 milimeter, dominan pada kisaran 30 milimeter.
Burhan mengatakan, meski lava pijar keluar setinggi 100 meter, lontarannya jatuh kembali ke dalam kaldera. “Jadi tidak ada lava yang keluar dari kaldera,” katanya. Sebelumnya, keluarnya lava pijar hanya berada di area kaldera dan terlihat seperti sinar api dari puncak gunung.
Gunung Raung kembali bergolak setelah aktivitasnya sempat menurun dalam tiga hari terakhir. Berdasarkan laporan hasil pengamatan secara seismik dan visual yang diterima Tempo, terjadi peningkatan tremor serta lontaran lava pijar dari kawah Gunung Raung.
Kepala Subbidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan membenarkan munculnya kerucut baru di kaldera Gunung Raung. Menurut Hendra, tumbuhnya kerucut, atau yang disebut cinder cone, terlihat dari pengamatan satelit milik Badan Survei Geologi Amerika Serikat. “Pada periode letusan Oktober 2012-Maret 2013, kerucut baru itu sudah terlihat,” ucapnya.
Hendra menjelaskan kerucut baru itu terbentuk sebagai hasil tumpukan material dari letusan strombolian Gunung Raung. Letusan tipe strombolian berupa lava yang cair tipis, material padat, serta gas dengan tekanan sedang. Umumnya, letusan ini tidak terlalu kuat, tapi bersifat terus-menerus dan berlangsung lama. “Contoh lain letusan strombolian di Gunung Slamet tahun 2014,” ujarnya.
IKA NINGTYAS