TEMPO.CO, Pekanbaru - Tragedi jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Medan, Sumatera Utara tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Tentara. Tetapi juga rombongan mahasiswa asal Ranai, Natuna, Kepulauan Riau.
Para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Pekanbaru itu turut menjadi korban Hercules nahas. Mereka memilih menumpang pesawat itu dalam rangka liburan Hari Raya Idul Fitri lantaran akses transportasi laut sangat sulit.
"Perjalanan naik kapal laut sudah tidak ada lagi akhir bulan," kata mahasiswa asal Ranai, Adi, kepada Tempo, Kamis, 2 Juli 2015.
Adi beserta keluarganya di Ranai kini tengah berduka. Dia kehilangan saudara sepupunya, Alfin Syahroni, 19 tahun, dalam peristiwa itu. Keduanya mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Informatika (STMIK) Riau.
Adi menceritakan, tiga hari sebelum kejadian mereka sudah merencanakan pulang kampung ke Ranai. Tapi Alfin belum bisa pulang lantaran masih ada jadwal kuliah. "Saya pulang duluan naik pesawat komersiil," kata Adi.
Baca juga: EKSKLUSIF: Ditelantarkan Margriet, Lidah Angeline Ada Darah
Menurut Adi, semula Alfin berencana pulang kampung menaiki kapal laut. Namun sejak tanggal 27 Juni 2015 akses menuju Ranai ditutup. Rute kapal berubah ke daerah lain menyusul arus mudik Lebaran. "Tidak ada lagi kapal ke kampung kami," ujarnya.
Pertimbangan lain, pesawat komersiil menuju Natuna terbilang mahal. Untuk satu penumpang bisa menelan biaya Rp 1,5 juta.
Menurut Adi, Alfin akhirnya memutuskan berangkat naik Hercules berkat surat rekomendasi yang sudah diurus oleh ayahnya. "Sebelumnya dia juga sudah pernah naik Hercules," kata dia.
Alasan serupa juga dialami mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Musyawir. Dia juga turut menjadi korban. Musyawir merupakan mahasiswa yang aktif di Resimen Mahasiswa UIN Riau.
Musyawir bisa naik Hercules dengan mengantongi surat rekomendasi dari organisasinya di kampus yang juga berbasis militer dengan memanfaatkan jaringan di TNI AU.
"Kami keluarkan surat permohonan dari Menwa agar dia bisa pulang naik Hercules," kata mantan Komandan Menwa, Fathurachman Alfaruq, saat dihubungi Tempo.
Mahasiswa UIN lainnya Anggi Sescha juga demikian. Padahal selangkah lagi dia bakal mengikuti ujian skripsi untuk menyandang gelar sarjana. "Dia pulang untuk minta restu ibunya menjelang ujian," kata Wilna Sari.
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah, Oktodarmizon, juga terpaksa naik Hercules lantaran sulitnya transportasi menuju Ranai. Berbekal surat rekomendasi dari keluarganya anggota TNI AU, ia berangkat naik Hercules.
"Kapal laut tidak ada, pesawat komersiil yang langsung pun sangat sulit," kata pamannya, Zulfahmi.
RIYAN NOFITRA