TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pendidikan Weilin Han menjelaskan beberapa alasan maraknya jual beli ijazah di Indonesia. “Semua karena kebiasaan mayoritas masyarakat Indonesia itu malas riset,” katanya saat dihubungi hari Minggu, 24 Mei 2015.
Weilin Han mengatakan masyarakat Indonesia memang lebih suka untuk mengambil jalan pintas dengan melakukan copy paste dari kemudahan mengakses Google, atau cukup membayar dengan hanya menunggu hasil. (baca: TERBONGKAR: Modus Jual-Beli Ijazah Gelar Universitas Berkley)
Menurut Weilin Han, masyarakat Indonesia pun tidak terbiasa dalam hal menuliskan buah pikir mereka. “Tidak hanya buah pikir, budaya menulis hasil diskusi pun minim,” katanya. Karena beberapa kebiasaan inilah, kata Weilin, kebiasaan jujur dan integritas masyarakat Indonesia sangat kurang terbangun. (baca: Banyak Pejabat Beli Gelar Universitas Berkley, Ini Tarifnya)
Weilin menilai bahwa masyarakat Indonesia lebih banyak yang kurang menghargai proses. Hanya hasilnya yang mereka inginkan. “Bagi mereka, ijazah dan titel adalah kunci mendapatkan hidup lebih baik,” katanya. (baca:Cara Hilangkan Penerbitan Ijazah Palsu)
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir pun mengatakan hal serupa. “Mahasiswa itu hanya ingin dapat ijazah buat kerja dan formasi, tapi dengan jalan pintas ,” kata Nasir di rumah dinasnya, Jumat, 22 Mei 2015. Menurut dia, ijazah memberikan rasa percaya diri yang lebih tinggi dibanding dengan ilmu yang seharusnya didapat siswa yang belajar dengan baik itu.
MITRA TARIGAN