"Presiden menekankan keinginan beliau untuk mewujudkan suatu "the greater Jakarta", Jakarta yang lebih besar dan lebih luas," kata juru bicara presiden Julian Aldrin Pasha, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/1).
Menurut dia, Jakarta yang lebih luas ini bisa mencakup daerah-daerah lain seperti Purwakarta, Sukabumi dan daerah sekitarnya.
Dalam kesempatan itu pula, Rektor ITB juga mencontohkan Jakarta yang kemungkinan bisa seperti Tokyo, Jepang. "Karena kalau mengandalkan luas Jakarta seperti sekarang mungkin akan "crowded". Jumlah penduduk sangat besar dan tidak sesuai lagi dengan luas atau lingkup Jakarta,"ujarnya.
Julian menekankan, yang dimaksud dengan pengembangan Jakarta, ibu kota tetap di Jakarta. Tapi, kemungkinan pusat pemerintahan yang akan berpindah atau didirikan di daerah lain. "Jadi bukan perubahan Ibu kota Jakarta,” ucapnya. Pembahasan masalah ini membutuhkan waktu, mungkin 13 sampai 15 tahun.
Presiden, lanjut Julian, mendeskripsikan ada proses pembangunan lain, yakni ada suatu daerah dengan pusat pemerintahan sendiri seperti halnya Sidney dan Canberra, Australia, atau Putra Jaya dan Kuala Lumpur.
Upaya ini sedang dikaji dengan melibatkan pihak dan elemen msyarakat terutama yang terkait langsung dengan tata kota, atau mereka yang memahami tata ruang. "Sampai saat ini pemerintah belum memutuskan untuk memindahkan ibu kota Jakarta atau mengembangkan Jakarta."
Dia menambahkan, opsi lain juga dibahas soal adanya wacana tentang kemungkinan untuk memindahkan ibu kota Jakarta ke suatu daerah yang dianggap pantas untuk bisa menjadi alternatif baru sebagai ibu kota negara. "Namun dari sisi pemerintah, hal itu belum bisa dipastikan. Apapun yang dipilih, opsi pertama atau kedua, itu membutuhkan waktu," tuturnya. MUNAWWAROH.