Dalam aksi tersebut, para santri tidak melakukan tindakan anarkis, namun sejumlah pemilik warung yang tetap buka langsung diperingati untuk tidak berjualan pada siang hari selama bulan puasa.
Kordinator Lapangan aksi, Ibnu Julaemi, Senin (6/9) mengatakan, aksi penyisiran tersebut dilakukan atas laporan warga masyarakat yang melihat masih banyaknya dibeberapa titik pusat kota keberadaan warung makan yang sengaja berjualan pada siang hari bulan Ramadan.
Hal ini, menurutnya, jelas bertentangan dengan syariat Islam dan Peraturan daerah kota Tasikmalaya mengenai Tata Nilai serta menunjukan sikap tidak hormat pada ajaran islam. “Kita tidak melarang mereka berjualan, namun tahu waktu. Jika siang hari semua tutup,” ujar Julaemi.
Dijelaskan Julaemi, dalam aksi penyisiran ini lembaganya tidak melakukan aksi pengrusakan maupun penutupan secara paksa tempat nyemen yang terjaring. Beberapa warung nyemen yang berada di eks-terminal Cilembang dan pasar Cikurubuk terbukti tengah menerima warga yang tengah menyantap makanan.
Pemilik warung berikut warga yang kedapatan makan langsung dinasehati sambil berharap tidak akan mengulangi perbuatan serupa.
“Kita saat ini peringati dan nasehati mereka, namun jika ternyata masih membandel kita akan tutup paksa,” ujar Julaemi.
JAYADI SUPRIADIN