TEMPO Interaktif, Bojonegoro - Sekitar 60 rumah di sejumlah titik di Kabupaten Bojonegoro terendam banjir, Kamis (1/4) pagi, menyusul meluapnya Bengawan Solo setelah di kawasan hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut dilanda hujan lebat.
Di Kecamatan Kota, banjir merendam di perkampungan Ledok Kulon dan Ledok Wetan, Banjarejo dan sebagian di Jetak. Rata-rata ketinggian air antara 20 senti meter hingga 40 senti meter. Air juga masuk ke rumah penduduk di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, dan di Desa Ngulanan, Jarakan dan Ngablak, dengan ketinggian sekitar 40 senti meter.
Banjir juga merendam ratusan hektar tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Kalitidu, seperti di Desa Cengungklung, Ngraho, Manukan, Celangap dan sekitarnya. Juga sejumlah desa di Kecamatan Trucuk, Kasiman, Kapas, Kanor dan sebagian di Padangan.
Sedangkan ketinggian air di papan duga di Taman Bengawan Solo, tercatat 14.15 phielschaal, di Karangnongko, Ngraho tercatat 27.25 phielschaal. Luapan Bengawan Solo ini, berasal dari daerah Madiun yang dilanda hujan lebat pada Selasa (30/3) malam, dan hujan lebat di Kabupaten Karanganyar. Akibatnya terjadi pertemuan air di Dungus, Ngawi antara Bengawan Solo dan Kali Madiun.
Pujiarto, warga Ledok Kulon, mengemukakan banjir kali ini datang cukup mendadak. Apalagi, cuaca di Bojonegoro dalam dua hari terakhir juga terang benderang dan hanya turun hujan rintik-rintik. Tetapi, air mulai meninggi pada Rabu malam hingga Kamis dini hari. “Kami siap-siap ngungsi,” ujarnya saat berada di depan rumahnya.
Baca Juga:
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sudah menyatakan siaga dua banjir. “Untuk peningkatan kewaspadaan,” ujar juru bicara Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jony Nur Haryanto pada Tempo, Kamis (1/4) siang.
Tahun ini, tercatat dua kali Bengawan Solo meluap hingga dinyatakan siaga dua banjir. Banjir sebelumnya terjadi tiga pekan lalu, yang juga merendam ke perkampungan penduduk. Belum ada korban jiwa. Pemerintah Bojonegoro menyatakan kerugian hampir Rp 2 miliar.
Sujatmiko