Muhammadiyah Siapkan Tim Dokter untuk Otopsi Jenazah Siyono  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 30 Maret 2016 18:43 WIB

Ketua Komisioner Komnas HAM, Muhfid Abbas didampingi anggota Komisioner Komnas HAM menggelar jumpa pers terkait kasus Siyono di kantor MUI Jakarta, 30 Maret 2016. TEMPO/Inge Safitri

TEMPO.CO, Klaten - Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah telah menyiapkan sekitar lima hingga delapan dokter ahli forensik dari universitas dan rumah sakit Muhammadiyah guna mengotopsi jenazah Siyono.

“Otopsi akan segera dilakukan, tapi kami tidak bisa menyebutkan kapan. Nanti akan kami umumkan, tidak bisa sebutkan kapan,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak setelah menemui keluarga Siyono di Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu siang, 30 Maret 2016.

Siyono, 33 tahun, tewas dalam status tahanan Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri. Ayah lima anak itu meninggal saat proses pemeriksaan pada Jumat, 11 Maret 2016. Polri menyatakan Siyono tewas dalam perjalanan ke rumah sakit setelah berkelahi dengan seorang anggota Densus yang mengawalnya. Namun, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) menemukan sejumlah kejanggalan dalam kematian Siyono.

Selain termasuk dalam proses advokasi terhadap istri dan keluarga Siyono yang menuntut keadilan, Dahnil mengatakan, otopsi yang akan dilakukan Muhammadiyah juga atas permintaan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. “Otopsi itu proses independen oleh lembaga seperti Muhammadiyah. Karena (permintaan otopsinya) tidak digubris oleh aparat formal, Komnas HAM meminta tolong Muhammadiyah,” kata Dahnil.

Kendati demikian, Dahnil berujar, hal ihwal otopsi jenazah Siyono belum dibicarakan spesifik. “Apakah akan dilakukan di sini (Desa Pogung) atau di RS Muhammadiyah terdekat, nanti kami umumkan,” ujar Dahnil.

Rencana otopsi itu menimbulkan reaksi negatif dari Kepala Desa Pogung. Perangkat Desa Pogung menggelar pertemuan di balai desa setempat pada Selasa malam, 29 Maret 2016, yang dipimpin Kepala Desa Pogung Djoko Widoyo. Pertemuan itu menghasilkan surat pernyataan yang mereka sebut kesepakatan bersama warga Desa Pogung.

Isi kesepakatan itu menyebutkan ada tiga sanksi dari warga jika ada pihak keluarga Siyono yang mengizinkan jenazah Siyono diotopsi. Sanksi pertama, otopsi harus dilakukan di luar Desa Pogung. Kedua, jenazah Siyono tidak boleh dimakamkan lagi di Desa Pogung setelah diotopsi. Ketiga, keluarga Siyono yang mendukung otopsi tidak boleh tinggal di Desa Pogung.

“Kami hanya mengakomodasi kepentingan bersama warga. Warga hanya meminta supaya tercipta iklim yang kondusif di Desa Pogung,” kata Djoko saat ditemui di kantornya pada Rabu pagi.

Meski setuju dengan keinginan Djoko yang menolak otopsi, kakak Siyono, Wagiyono, tetap keberatan dengan dua sanksi yang tertera dalam surat pernyataan kesepakatan bersama warga Desa Pogung. “Keluarga kami sudah dalam kondisi seperti ini masak masih harus ditambah (beban) lagi,” kata Wagiyono.

DINDA LEO LISTY

Berita terkait

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

3 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

5 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

5 hari lalu

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

Darmaningtyas mengatakan tak masalah jika Mendikbud era Prabowo dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut berlatar belakang dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

6 hari lalu

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

Apa kata Ketum Muhammadiyah soal gugatan PDIP di PTUN?

Baca Selengkapnya

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

9 hari lalu

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

Reaksi PBNU, PP MUhammadiyah, Kadin Terhadap Penetapan Prabowo - Gibran Pemenang Pilpres 2024 oleh KPU

Baca Selengkapnya

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

10 hari lalu

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Muhammadiyah menyatakan belum ada pembahasan soal formasi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

11 hari lalu

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

Haedar Nashir puji Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang menerima hasil putusan MK.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

11 hari lalu

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara ihwal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa hasil Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

23 hari lalu

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

Masih ingat Lebaran 2011, saat pemerintah mundurkan sehari Idul Fitri. Emak-emak protes opor yang sudah dibuat tak jadi disantap esok hari.

Baca Selengkapnya

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

25 hari lalu

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

Lebaran 2024 diwarnai sejumlah fakta menarik, termasuk perayaan Idul Fitri 1445 H yang dilakukan bersamaan oleh Muhammadiyah dan pemerintah

Baca Selengkapnya