TEMPO Interaktif, Sydney: Sekelompok orang asal Papua yang berlayar menuju Australia dengan perahu tradisional dan sempat dilaporkan hilang menuduh Indonesia telah melakukan genocide terhadap etnis mereka.Pernyataan itu dikemukakan setelah rombongan terdiri dari 43 orang tiba di semenanjung Cape York, Australia, Kamis. Genocide adalah pembunuhan massal yang dilakukan pada etnis tertentu.Rombongan dilaporkan hendak mencari suaka di Australia. Mereka adalah aktivis prokemerdekaan Papua dan keluarga masing-masing. Setelah ditemukan terombang-ambing di Selat Torres, Rabu, mereka lalu dimintai keterangan oleh pejabat imigrasi setempat.Kelompok yang menggunakan perahu tradisional dan berangkat dari Merauke, Jumat pekan lalu, itu terdiri dari 30 lelaki, enam perempuan, dan tujuh anak-anak. Di dalam perahu mereka terpasang spanduk yang bertulisan permintaan tolong bagi masyarakat Papua.Berdasarkan foto yang dimuat di surat kabar Australia, Kamis, spanduk berbahasa Inggris itu bertulisan: "Save West Papua people soul from genocide intimidation and terrorist from military government of Indonesia"."We West Papuan need freedom peace love and justice in our home land," demikian spanduk itu.Menteri Imigrasi Amanda Vanstone belum bisa dimintai informasi, apakah mereka secara resmi mengajukan permintaan suaka tapi ditolak untuk menjaga hubungan Jakarta-Canberra."Australia selalu membuat keputusan lebih berdasarkan pada perlindungan, dengan dasar kesahihan klaim mereka, dibandingkan dengan perasaan teman dan sekutu Australia," katanya.Vanstone menyatakan, orang-orang Papua itu kini ditahan oleh imigrasi di dekat wilayah Cape York, Weipa. AFP