Diarak ratusan massa PDI Perjuangan, pasangan Cawali Tri Rismaharini dan Wisnu Sakti Buana menyapa pendukungnya saat menuju kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya , 26 Juli 2015. FULLY SYAFI
TEMPO.CO, Surabaya - Meski telah ditinggal pergi Haries Purwoko yang mundur sebagai calon wali kota pasangannya, namun Dhimam Abror mengaku tidak akan menyerah. Ia akan tetap maju menantang Tri Rismaharini sebagai calon Wali Kota Surabaya pada Pilkada 2017 nanti. "Saya siap untuk maju," kata Abror dalam wawancara dengan Tempo, Selasa 4 Agustus 2015.
Abror yakin ia tetap akan mendapat dukungan dari Partai Demokrat dan PAN. "Sepertinya koalisi Demokrat dan PAN masih menghendaki saya," katanya mantap.
Sebelumnya Abror-Haries didaftarkan oleh koalisi Demokrat dan PAN untuk melawan Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana dalam Pilkada Surabaya. Meski popularitasnya jauh di bawah Risma, namun Abror mengaku yakin bisa menang. Alasannya ia telah mengantongi dukungan dari Partai Demokrat dan PAN. "Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sendiri yang memberi rekomendasi saya untuk maju sebagai calon Wali Kota Surabaya melalui Demokrat dan PAN," katanya. "Pak Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN) juga menandatangani keputusan ini."
Bahkan, menurut Abror, SBY telah siap berkampanye untuk dirinya di Surabaya. "SBY memberi pesan melalui Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan bahwa ia siap berkampanye di Surabaya," katanya.
Namun harapan Abror buyar ketika Haries tiba-tiba menyatakan mundur di hari terakhir pendaftaran. Dalam siaran pers pada Senin, 3 Agustus 2015, Haries menyatakan resmi mundur sebagai calon Wakil Wali Kota Surabaya . Ketua Organisasi Masyarakat Pemuda Pancasila itu berdalih tega meninggalkan pasangannya Dhimam Abror karena tidak ingin disebut sebagai calon boneka. Apalagi ibu dan istrinya juga melarang dia. “Tudingan jadi boneka itu tidak enak, sebab konotasinya bisa diatur, pasti mengalah dan ‘dibeli’.”