TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan kepala daerah Kota Surabaya akhirnya diundur gara-gara alasan menggelikan pesaing Wali Kota Risma. Penantang Risma yang diusung Partai Demokrat, Dhimam Abror Djuraid dan Haries Purwoko, mundur saat hari akhir pendaftaran.
Haries Purwoko, yang berlatar belakang pengusaha, menghilang ketika pendaftaran. "Saya tidak akan kembali (ke kantor KPU) dan memastikan mengundurkan diri dari pencalonan sebagai Wakil Wali Kota Surabaya," kata Haries kepada para wartawan, Senin malam, 3 Agustus 2015.
Tidak mau disebut sebagai calon boneka, keluarga Haries langsung kecewa. Ibunya langsung menelepon dan memintanya mengundurkan diri. "Jadi saya pastikan tidak ada alasan lain," ujar Ketua Pemuda Pancasila Surabaya ini.
Ketua Partai Demokrat DPD Jawa Timur Soekarwo membenarkan alasan Haries. "Pak Haries tidak boleh karena keluarganya keberatan. Tadinya tidak datang-datang, terus dia datang lapor bahwa keluarganya tidak mengizinkan,” tuturnya
Lain lagi pilkada Kabupaten Pacitan. Sekarang giliran Koalisi Pacitan Bersatu, yang terdiri atas PDI Perjuangan, PAN, Hanura, Gerindra, dan Golkar, karena alasan sepele menyebabkan pilkada diundur.
Mirip dengan kejadian di Surabaya, partai pengusung hanya menghadirkan Suyatno, calon bupati. Sedangkan Effendi Budi Wirawan sebagai calon wakil bupati tidak menunjukkan batang hidungnya.
Ketua Hanura Kota Pacitan Nur Sigit Efendi kelabakan menghubungi ponsel sang calon wakil itu. "Sebenarnya diangkat (diterima), tapi tidak ada yang bicara," ucap Nur Sigit.
Lain lagi yang terjadi pada pilkada Kota Depok. Bakal calon Wali Kota Depok Rudisamin mengaku ditipu pengurus cabang PDIP. "Saya dipaksa untuk menyetor duit Rp 300 juta. Katanya untuk survei," kata Rudisamin kepada Tempo, 3 Juli 2015.
Uang itu, kata Rudisamin, untuk mengerek hasil survei. "Bukti transfernya ada. Saya siap bersaksi," ucapnya. Hasilnya, meskipun sudah menyetor sejumlah uang yang diminta, nama Rudisamin tidak muncul sebagai penantang pasangan Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna yang diusung Gerindra dan PKS.
Pilkada Tasikmalaya pun diakhiri kisah lucu. Kebalikan dari Pacitan, saat mendaftarkan calonnya, Partai Demokrat tak menghadirkan calon bupati. Mereka hanya membawa calon wakil bupati.
Pada pendaftaran, Demokrat mencalonkan Nandang Gaoshul sebagai calon bupati dan Rumimat, calon Gerindra untuk wakil Bupati. Rumimat, yang juga Ketua DPRD Tasikmalaya, tidak datang pada pendaftaran dengan alasan pertimbangan para kiai.
"Sikap yang diambil atas dasar pertimbangan berbagai pihak, para ulama dan kiai," ujar Ketua Gerindra Tasikmalaya Ujang Abdul Hak.
EVAN (PDAT, Sumber Diolah Tempo)