TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekitar seratus orang dari berbagai elemen, di antaranya Kontras, PBHI Jakarta, LMND, FAM YAI, GMNI UKI, Keluarga Korban Trisakti dan Semanggi, dan Majelis Mahasiswa Trisakti melakukan long march dari Bundaran HI menuju Semanggi Sabtu (24/9) sekitar pukul 17.00 WIB untuk memperingati tragedi Semanggi II yang terjadi 24 September 1999 lalu. Para orang tua korban Trisakti dan Semanggi berjalan pada barisan terdepan dengan membawa poster bertuliskan 'Para Jenderal Bertanggung Jawab Terhadap Tragedi Trisakti dan Semanggi 1 dan 2'. Sumarsih, 52 tahun, ibunda dari Bernanidus Realino Norma Irmawan (Wawan), korban Semanggi I, naik ke atas mobil tempat sound system berada. "Kami meminta pengadilan Ad Hoc bukan Komisi Konsolidasi dan Rekonsiliasi (KKR)," katanya. Dia pun menagih janji DPR yang akan membentuk Pengadilan Ad Hoc untuk Tragedi Trisakti dan Semanggi. Sudah genap enam tahun Tragedi Semanggi II berlalu, namun harapan keluarga korban untuk mencari keadilan dan kebenaran untuk mengungkap kasus yang telah mengorbankan anak bangsa tersebut tampaknya tidak seperti harapan mereka. Koordinator aksi, Ola dari GMNI UKI, dalam pernyataan sikapnya meminta Jaksa Agung untuk melakukan penyidikan terhadap kasus Trisakti dan Semanggi, meminta DPR mencabut rekomendasi tahun 2001 tentang kasus Trisakti dan Semanggi, mengusulkan kepada presiden untuk menerbitkan Keppres pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc kasus Trisakti dan Semanggi. "Sudah enam tahun berlalu, tapi tidak ada itikad baik dari pemerintah untuk menegakkan HAM," katanya. Evy Flamboyan
Kilas Balik 12 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Diakui dan Disesalkan Jokowi
11 Januari 2023
Kilas Balik 12 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Diakui dan Disesalkan Jokowi
Sebanyak 12 kasus pelanggaran yang terjadi masa lalu dilaporkan Tim Non-Yudisial Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat ke Jokowi. Bagaimana bisa terjadi? Ini kilas baliknya.