Longsor di Rejang Lebong, Satu Keluarga Tewas

Reporter

Senin, 9 Februari 2015 23:47 WIB

Warga mengamati kendaraan yang ringsek akibat tanah longsor di dusun Jemblung, Banjarnegara, Jawa Tengah, 16 Desember 2014. 28 sepeda motor dan tujuh mobil yang hancur dan telah dievakuasi, diperkirakan ada sejumlah kendaraan yang masih tertimbun tanah. Gholib/Anadolu Agency/Getty Images

TEMPO.CO, Bengkulu - Satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak tewas akibat longsor yang terjadi di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Sindang Beliti Ulu, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Ahad, 8 Februari 2015. Tiga korban tewas itu Win Sapri, 30 tahun, Leni Maryanti (30), dan anak mereka Farenza (3).

Longsor juga menimpa Desa Lawang Agung, Kecamatan Sindang Beliti Ulu, satu orang masih hilang. “Hingga saat ini kami masih terus mencari korban,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bengkulu Kolendri, Senin, 9 Februari 2015.

Gubernur Bengkulu pun telah menetapkan status siaga bencana darurat banjir dan longsor hingga Maret nanti. “Semua personel BPBD dan instansi terkait diminta siaga," kata Kolendri. Empat kabupaten yang dianggap rawan banjir dan longsor adalah Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara, dan Seluma.

Sejauh ini, kata Kolendri, bencana banjir dan longsor masih dapat ditangani BPBD kabupaten. BPBD provinsi berusaha mengantisipasi bencana yang berdampak lebih besar.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat jumlah korban tewas akibat banjir dan longsor setiap tahun. Juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan total korban tewas selama 2003-2013 ada 5.650 jiwa. "Rata-rata 514 jiwa tewas per tahun," ujar Sutopo, Selasa, 21 Januari 2014.

Pada 2003, terjadi banjir dan longsor sebanyak 266 kali dan pada tahun 2013 ada 822 kejadian. Dalam sebelas tahun terakhir, bencana bencana banjir longsor terbanyak pada 2010, yaitu 1.433 kali. Total selama 2003-2013 ada 6.288 kejadian atau 572 per tahun. Setiap tahun, sebanyak 1,5 juta jiwa mengungsi akibat banjir dan longsor.

Sejatinya, kata Sutopo, penyebab banjir dibedakan menjadi faktor alam dan antropogenik atau kesalahan manusia. Faktor antropogenik lebih dominan dibandingkan faktor alam. Pola hujan memang tiap tahun semakin tinggi intensitasnya.

Namun penyebab banjir longsor utama, kata dia, bertambahnya jumlah penduduk, urbanisasi, konversi lahan, rendahnya kesadaran membuang sampah, tata ruang, minimnya konservasi tanah dan air, dan lainnya, menjadi penyumbang utama meningkatnya kerentanan bencana.

"Degradasi hutan masih cukup tinggi," ujar Sutopo. Kerusakan hutan ini terlihat pada tutupan hutan di 2008 masih 49,4 persen dan terus menurun menjadi menjadi 47,7 persen di 2012. Di Jawa, hutan hanya ada sekitar 16,1 persen dari angka ideal 30 persen dari luas keseluruhan.

PHESI ESTER JULIKAWATI | SUNDARI

Berita terkait

Evaluasi Korban Bencana Banjir Bandang Gorontalo Terkendala Arus Deras dan Gelapnya Malam

27 hari lalu

Evaluasi Korban Bencana Banjir Bandang Gorontalo Terkendala Arus Deras dan Gelapnya Malam

Tim Tagana Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, kesulitan melakukan evakuasi korban bencana banjir yang menerjang enam desa tadi malam.

Baca Selengkapnya

UAV Cina Dikerahkan dalam Penyelamatan Korban Gempa Gansu

20 Desember 2023

UAV Cina Dikerahkan dalam Penyelamatan Korban Gempa Gansu

UAV Wing Loong-2H yang dikembangkan secara independen oleh Cina, dikerahkan untuk mendukung pekerjaan penyelamatan darurat pasca-gempa bumi di Gansu

Baca Selengkapnya

Bangunan Evakuasi Korban Bencana di Sumbar Terbengkalai

27 April 2023

Bangunan Evakuasi Korban Bencana di Sumbar Terbengkalai

Tempat evakuasi korban bencana sementara di Padang, Sumbar, rusak. Di Kepulauan Mentawai, warga kelimpungan mencari tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Jasad Sopir Ojek Online yang 3 Hari Tertimpa Bangunan di Cianjur Berhasil Dievakuasi

23 November 2022

Jasad Sopir Ojek Online yang 3 Hari Tertimpa Bangunan di Cianjur Berhasil Dievakuasi

Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Cianjur Atep Hermawan Permana menjelaskan jasad korban dikeluarkan dari lubang beton dan langsung dibawa ke RSUD Sayang.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ton Bantuan Logistik Dikirim ke Mamuju Lewat Jalur Laut

16 Januari 2021

Ratusan Ton Bantuan Logistik Dikirim ke Mamuju Lewat Jalur Laut

TNI AL telah mengirim ratusan ton bantuan logistik ke Mamuju, Sulawesi Barat menggunakan Kapal Perang KRI Teluk Ende - 517.

Baca Selengkapnya

Cerita Evakuasi Korban Banjir Bekasi, Tanpa Bantuan 36 Jam

3 Januari 2020

Cerita Evakuasi Korban Banjir Bekasi, Tanpa Bantuan 36 Jam

Korban Banjir di Jalan Juanda, Margahayu, Kota Bekasi tak mendapat bantuan 36 jam. Bertahan di tengah banjir yang mengepung kediaman mereka.

Baca Selengkapnya

Tim Evakuasi Siapkan Anjing Pelacak Cari Korban Tsunami Banten

24 Desember 2018

Tim Evakuasi Siapkan Anjing Pelacak Cari Korban Tsunami Banten

Tim evakuasi menerima informasi bahwa masih banyak korban tsunami Banten yang belum ditemukan.

Baca Selengkapnya

Cerita Sopir Eskavator Saat Evakuasi Jenazah Korban Gempa Palu

12 Oktober 2018

Cerita Sopir Eskavator Saat Evakuasi Jenazah Korban Gempa Palu

Sarmin sudah datang ke Palu sejak H+4 gempa Palu untuk membantu proses evakuasi korban gempa dan membuka jalur evakuasi.

Baca Selengkapnya

Hujan Iringi Proses Evakuasi Hari Terakhir Korban Hilang di Palu

11 Oktober 2018

Hujan Iringi Proses Evakuasi Hari Terakhir Korban Hilang di Palu

Proses evakuasi korban gempa Palu akan dihentikan sore ini seiring dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana.

Baca Selengkapnya

Harapan Keluarga Korban di Hari Terakhir Tanggap Darurat Palu

11 Oktober 2018

Harapan Keluarga Korban di Hari Terakhir Tanggap Darurat Palu

Evakuasi korban gempa Palu direncanakan dihentikan sore ini seiring berakhirnya masa tanggap darurat bencana.

Baca Selengkapnya