Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Dien Syamsuddin, memberikan keterangan pers, di Kantor MUI, Jakarta, 6 Januari 2015. Dien menjelaskan rencana penyelenggaraan Kongres Umat Islam Indonesia di Yogyakarta, dengan agenda pembahasan penguatan peran politik, ekonomi dan sosial budaya umat Islam untuk Indonesia yang berkeadilan dan berperadaban.TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede Yogyakarta Kiai Muhaimin mengatakan kuat dugaan Kongres Umat Islam ke-VI hanya akan menghasilkan keputusan yang menguntungkan kelompok tertentu dalam Islam. "Banyak pesantren khususnya di Yogya tak diundang," katanya pada Tempo, Ahad 8 Februari 2015.
Ia mengatakan nama-nama inisiator dan penyelenggara kongres kian memperkuat dugaan itu. Mereka, lanjut dia, bukan orang-orang yang berdiri di atas semua golongan dalam Islam. "Kalau sampai hasilnya melukai orang Yogya saya mau jathil," katanya.
Jathilan adalah seni tarian yang berkembang di Jawa. Para penarinya memainkan kuda lumping dalam iringan gamelan. Kesenian ini biasa dimainkan rakyat kalangan bawah dan konon dulunya, tarian ini muncul sebagai protes terhadap kondisi sosial di masyarakat.
Ia mengatakan tak hanya menguntungkan kelompok Islam tertentu, hasil Kongres pun diperkirakan akan mempersempit gerak kelompok Islam yang lain. Khususnya kelompok minoritas dalam Islam di Indonesia. "Penyesatan terhadap Ahmadiyah misalnya," kata Ketua Forum Persaudaraan Umat Beragama DIY itu.
Meski banyak pesantren tak menerima undangan datang ke Kongres, ada beberapa pondok di Yogyakarta yang diundang sebagai peserta kongres. Namun demikian, mereka pun tak banyak tahu arah dan tujuan kongres itu. "Pondok kami dapat undangannya, tapi saya sendiri tak tahu tujuannya," kata seorang pengasuh sebuah pesantren di Sleman yang tak bersedia namanya disebut.
Majelis Ulama Indonesia menggelar Kongres Umat Islam di Yogyakarta, 8-11 Februari 2015. Kongres yang akan menyoroti posisi politik umat Islam itu akan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Ketua MUI Din Syamsuddin di Universitas Surakarta pada Sabtu 7 Februari 2015 kemarin, mengatakan Kongres akan membicarakan peran umat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran itu tak lepas dari kehidupan politik, ekonomi, dan budaya.
Kongres ini bukan yang pertama kali. Tahun 1945, kongres serupa juga pernah digelar. Kala itu, kongres menghasilkan keputusan umat Islam menyalurkan aspirasi politiknya melalui Masyumi.