Anggota DPR tertua, Popong Otje Djundjunan (kiri) bersama Anggota DPR termuda, Ade Rezki Pratama (kanan) memimpin Sidang Paripurna Pelantikan dan Sumpah Jabatan Anggota MPR-DPR-DPD di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 1 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Pendidikan DPR, Popong Otje Djundjunan, "memarahi" Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Ceu Popong, sapaan akrab politikus Golkar tersebut, sebenarnya ingin menumpahkan unek-unek terkait dengan kebijakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh.
"Pengennya marah ke menteri lama, tapi sekarang yang baru ya saya tetap marah," kata Ceu Popong saat rapat dengar pendapat dengan Kementerian Pendidikan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 27 Januari 2015. Unek-unek pertama adalah soal Kurikulum 2013 yang dipaksakan di semua sekolah. (Baca: Ceu Popong Cemas Jokowi Potong Jam Kerja Perempuan)
Ceu Popong mendukung langkah Anies untuk membatalkan pelaksanaan Kurikulum 2013. Menurut dia, sebelumnya Menteri Nuh juga sudah diingatkan oleh DPR untuk tidak tergesa-gesa merealisasikan kurikulum baru itu. "Kalau dulu saja mau dengar, enggak bakal sampai ada dua kurikulum," katanya dengan nada tinggi.
Kedua, Ceu Popong menuturkan, sudah menyinggung bahwa ujian nasional jangan sampai menjadi syarat kelulusan bagi para siswa. Namun, Menteri Nuh tidak mendengar saran tersebut. Makanya, Ceu Popong sepakat dengan ide Anies Baswedan yang menghilangkan keistimewaan ujian akhir.
"Terakhir Pak Menteri, kenapa selalu bilang 'next' seharusnya 'lanjut' pakai bahasa Indonesia," kata Ceu Popong menyindir Anies. Memang selama pemaparan kinerja Kementerian Pendidikan, Anies kerap menggunakan kata 'next' untuk mengganti setiap pemaparan. (Baca juga: Jam Kerja Sibuk, Popong Pernah Ogah di Politik)