Pembantu Rektor III Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Musakkir (Baju Garis-garis) di periksa polisi di Polrestabes, Makassar, 14 November 2014. TEMPO/iqbal lubis
Dalam aksi tersebut, mahasiswa mengenakan seragam almamater warna merah. Diterangi cahay lilin, mereka bergantian membaca buku dengan posisi duduk, lalu berdiri, dan berjalan menuju satu gentong yang berisi air. Setelah itu, satu per satu mahasiswa membuka almamaternya dan menyiram dengan air, lalu menjemurnya. (Polisi Kejar Jaringan Pemasok Sabu Profesor Unhas)
Mereka juga membakar buku wisuda Unhas tahun 2009. Happening art mencuci dinihari dilengkapi dengan lambang Unhas yang bertulisan "nyabu". Pertunjukan teatrikal ini dilakukan oleh mahasiswa dan alumnus Unhas sebagai bentuk solidaritas. (Positif Narkoba, Wakil Rektor Unhas Jadi Tersangka)
Menurut Araf, aksi keprihatinan ini dilakukan terkait dengan kasus narkotik yang menimpa guru besarnya, sehingga pihak kampus harus mencuci diri agar bisa mengembalikan kejayaan Unhas. Kampus Unhas, kata Araf, termasuk sepuluh besar perguruan tinggi terbaik se-Indonesia dan 200 besar dunia. "Kami sangat prihatin dengan status tersangka Wakil Rektor III ini," tutur alumnus Fakultas Kehutanan Unhas ini. (Kasus Sabu Unhas, Keluarga Menduga Nilam Dijebak)
